Infoacehnet

Portal Berita dan Informasi Aceh

Aceh dan Ancaman Tiga Gunung Api

Gunung Peut Sagoe, gunung berapi aktif di Geumpang, Kabupaten Pidie
Oleh: Ir Faizal Adriansyah MSi*

LETUSAN gunung Semeru pada hari Sabtu, 4 Desember 2021 mengejutkan kita semua, pasalnya kita tidak pernah mendapat info baik di media cetak maupun medsos tentang aktifnya gunung Semeru.

Maka wajar kita semua terkesima dengan kejadian bencana tersebut. Menurut informasi dari masyarakat yang mengalami musibah, erupsi yang terjadi sangat mengejutkan dan mendadak, mereka langsung diterjang oleh abu dan awan panas yang bergerak sangat cepat.

Dalam kurun waktu dua jam, awan panas itu sudah menerjang permukiman warga di Dusun Sumbersari, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo.

Korban pun berjatuhan, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Senin (6/12 pukul 20.15) setidaknya 34 orang tewas, sementara 22 orang dinyatakan hilang dan 56 lainnya mengalami luka-luka. Erupsi juga berdampak terhadap 5.205 jiwa.

Secara awam kita pahami biasanya status gunung api selalu diumumkan terutama kepada warga sekitar gunung api oleh Pemerintah Daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Tentu BPBD berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berwenang menetapkan status gunung api aktif.

Ada empat status gunung api aktif yaitu Normal (Level I) adalah kondisi gunungapi yang tidak memperlihatkan adanya kelainan berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.

Status Waspada (Level II) terjadi bila adanya peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.

Status Siaga (Level III) apabila peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung dan cenderung mengarah ke letusan awal.

Status Awas (Level IV) ditandai dengan letusan awal berupa abu/asap dan berdasarkan analisa data pengamatan akan terjadi letusan utama.

Mengapa letusan gunung Semeru terkesan tiba-tiba tanpa didahului peringatan Status Gunung Api?

Fenomena letusan gunung berapi di Indonesia ternyata tidak selalu sama, para pakar vulkanologi mengatakan ada gunung api yang meletus dengan erupsi yang cukup besar setelah itu berhenti dan istirahat dalam waktu lama, tipe ini termasuk gunung api Semeru.

Gunung Semeru tercatat pernah erupsi pada 1 Desember 2020 namun tidak menimbulkan bencana seperti kejadian Sabtu 4 Desember 2021. Para ahli mengatakan erupsi 2020 sebenarnya telah meninggalkan banyak rempah-rempah batuan di sekitar dinding kawah dan tubuh gunung Semeru.

Tumpukan batuan ini semakin bertambah dengan adanya erupsi yang baru, keadaan semakin diperparah dengan adanya hujan sehingga lumpur lahar semakin banyak dan membesar mengalir menerjang kewilayah pemukiman di bawah.

Karakter ini berbeda dengan gunung-gunung lain seperti gunung Merapi atau Sinabung. Dinamika magma dari gunung tersebut bergerak simultan, artinya erupsi terjadi dengan intensitas kecil dan sangat sering berlangsung bisa bertahun seperti yang kita lihat pada aktivitas gunung Sinabung maupun gunung Merapi.

Dengan adanya letusan gunung Semeru yang terkesan tiba-tiba, sangat penting bagi wilayah di Indonesia untuk mewaspadai aktifitas gunung api yang ada didaerah masing-masing.

Sistem peringatan dini yang tidak sampai ke masyarakat dan tata ruang pemukiman yang berada di wilayah rawan bencana disebut oleh pakar vulkanologi menjadi beberapa faktor yang menyebabkan munculnya korban jiwa dalam erupsi Gunung Semeru.

Indonesia sendiri tercatat sebagai negeri yang paling banyak memiliki gunung api, paling tidak tercatat ada 127 gunung api aktif yang tersebar di seluruh Indonesia yang baru terpantau sekitar 69 buah.

Menariknya sebaran gunung api tersebut membentuk busur sehingga disebut “busur vulkanik” ini bukan sebuah kebetulan tapi merupakan hasil proses pembentukan gunung-gunung api di Indonesia sangat erat kaitannya dengan posisi tektonik Indonesia yang diapit tiga lempeng besar dunia yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.

Ketiga lempeng tersebut masih aktif dan terus menekan kepulauan Indonesia.

Di Indonesia kita mengenal klasifikasi gunung api aktif dengan tiga Tipe. Gunung api Tipe A yaitu gunung api yang tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

Gunung api Tipe B adalah gunung api sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.

Gunung api Tipe C dimana sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.

Gunung Api Tipe A peluang meletus kembali sangat mungkin karena itu menjadi perhatian khusus dan dilokasi gunung api tersebut dibuat Pos Pengamatan Gunungapi yang memonitor aktivitas gunungapi.

Aceh sendiri memiliki 3 gunung api kelas A yaitu Seulawah Agam, Peut Sagoe dan Burni Telong dengan sejarah letusan tercatat sejak zaman penjajahan Belanda. Seulawah Agam pernah meletus tahun 1839, 1927, 1975 dan tahun 2012 pernah juga menampakan peningkatan aktivitas.

Peut Sagoe tercatat pernah menunjukan aktivitas vulkanik tahun 1918, 1919, 1920, 1998, 2000 kemudian Burni Telong tahun 1837, 1839, 1856, 1919, 1924. Berbagai catatan aktivitas vulkanik di atas membuktikan kepada kita bahwa gunung api tersebut masih aktif dan perlu diwaspadai.

Proses kesiagaan terhadap bencana ini sering dikenal dengan istilah mitigasi.

Mitigasi itu dapat kita analogkan seperti kita naik pesawat terbang, tidak ada seorang pun yang di dalam pesawat tersebut ingin pesawatnya mengalami musibah.

Namun kita semua harus mendengarkan arahan pramugari apabila terjadi keadaan darurat mulai dengan memakai masker oksigen, cara menggunakan pelampung, mengetahui posisi pintu darurat dan tahapan-tahapan penyelamatan lainnya sehingga ketika terjadi bencana kita telah tahu apa yang harus dilakukan.

Begitulah kiranya juga dengan bencana alam seperti letusan gunung api, tidak ada seorangpun yang berdoa bencana datang, tetapi ketika bencana itu menerpa apa yang harus kita lakukan?

Setidaknya pengetahuan tersebut bisa membantu mengurangi risiko bencana baik korban harta maupun jiwa. Sering sekali kita menghadapi bencana dengan kepanikan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Padahal bencana alam sudah sering kali terjadi dan berulang. Seharusnya upaya preventif harus kita utamakan untuk mengurangi resiko bencana. Penanganan bencana selama ini lebih pada reaktif pasca bencana yang sifatnya kedaruratan dan antisipasi yang “instan” dan sesaat yaitu bila ada bencana saja baru kita sibuk mengatasinya.

Pola seperti ini sudah terbukti menjadikan korban dan kerugian akibat bencana terus bertambah, bahkan aset-aset yang vital seperti sekolah, rumah sakit, perkantoran, irigasi, sawah ladang, tidak sedikit setiap tahun mengalami kerusakan bahkan dokumen-dokumen penting yang tidak dapat dinilai dengan uang juga banyak yang musnah.

Mengenalkan gunung api pada masyarakat melalui sosialisasi, simulasi bukan untuk membuat masyarakat takut dan cemas, tapi justru untuk mendekatkan mereka dengan alam, bersahabat dengan gunung api sehingga memahami gejala-gejala yang muncul apabila gunung api tersebut suatu saat meletus.

*Penulis adalah Geolog yang juga aktif sebagai Mubaligh di Aceh

Lainnya

Kajati Aceh Yudi Triadi SH MH memberikan pengarahan ke jajaran pada hari pertama bertugas, Senin (28/4)
BSI Aceh menyerahkan hadiah Umrah kepada pemenang program migrasi dari BSI Mobile ke aplikasi Byond by BSI
Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Marlina Usman mengunjungi Rumah Kemasan Aceh di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Senin (28/4)
Wagub Fadhlullah dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR RI di Jakarta, Senin (28/4)
KIP Aceh mengembalikan sisa dana hibah Pilkada Tahun 2024 senilai Rp46,8 miliar kepada Pemerintah Aceh
Keinginan TNI untuk pembangunan empat Batalyon Teritorial Pembangunan (BTP) di wilayah jajaran Kodam Iskandar Muda mulai mendapat penolakan
Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah Hamdan SH hadir pada upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah (OTDA) ke–29 Tingkat Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2025, Senin (28/4).
Bupati Aceh Besar Muharram Idris menyampaikan sambutan dalam acara Penyaluran Gaji Perbulan Secara Simbolis Kepada Keuchik Aceh Besar di Gedung Dekranasda, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Senin (28/4/2025)
Orang Tua dari almarhum Anis Maula (16) yaitu Faisal menunjuk Advokat/Pengacara dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) sebagai Kuasa Hukum
Gubernur Aceh Muzakir Manaf menerima penghargaan sebagai Top Pembina BUMD, pada acara puncak Top BUMD Awards 2025, di Ballroom Raffles Hotel, Senin (28/4)
Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah menghadiri undangan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR RI di Jakarta, Senin, 28 April 2025. (Foto: For Infoaceh.net)
Pengadilan Negeri (PN) Meulaboh, Senin (28/4) menggelar persidangan perdana kasus penganiayaan anak di bawah umur dengan terdakwa Anggota DPRA Mawardi Basyah (52)
Kepala Bakomstra DPD Partai Demokrat Aceh, Jauhari Ilyas
Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Marlina Usman mengunjungi lokasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Gampong Lambhuk, Banda Aceh, Senin (28/4/2025)
Mahasiswa Prodi Statistika FMIPA USK Putri Salsabila Rinaldi
Sri Radjasa Chandra MBA

Dewan Pokir Rusak Aceh

Umum
Bupati Aceh Selatan Mirwan MS mendengarkan keluh kesah dan aspirasi perwakilan guru, kepala sekolah hingga pengawas sekolah
Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag RI Hilman Latief
Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Ar-Farlaky
Warga melawan penyerobotan lahan oleh perusahaan perkebunan sawit di Aceh Selatan