Bincang-bincang ringan dengan Iihan Omar, anggota Kongres Amerika
Perjalanan hidupnya yang pahit menjadi cambuk baginya untuk melakukan perubahan. Maka sejak di sekolah menengah hingga mahasisiwi selain sungguh-sungguh belajar, juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan Komunitas. Semua ini menjadi inspirasi baginya untuk mengambil bagian di dunia kontestasi politik. Singkatnya beliau pun terpilih menjadi anggota kongress mewakili Minnesota dengan pemilih yang tidak seperti selama ini disangkakan. Banyak yang menyangka jika pemilih beliau mayoritasnya warga Somali. Ternyata 90% konstituen Ilhan itu dari White Americans (warga kulit putih).
Menjadi anggota Kongress Amerika juga bukan jalan mudah. Ternyata konstestasi beliau untuk menjadi anggota Kongress adalah kontestasi termahal. Untungnya beliau mendapat dukungan penuh dari konstituen beliau. Termasuk dukungan dari banyak pihak, termasuk Komunitas Muslim dan Afrika secara umum. Sebenarnya acara malam itu juga bagian dari penggalangan dana untuk campaign beliau.
Setelah terpilih juga sangat tidak mudah. Di antara tantangan itu adalah karena beliau satu-satunya anggota Kongress Muslimah dan berhijab. Artinya mau atau tidak, keislaman itu sangat visible (nampak). Dan ini akan menemukan reaksi negatif dari sebagian anggota Kongress yang masih rasis dan Islamophobik. Bahkan sebagian dari anggota partainya sendiri (Demokrat). Beliau mengisahkan bahwa pernah dalam elevator ada seorang anggota Kongress yang berbisik ke telinganya: “you don’t deserve to be here” (kamu ngak berhak ada di sini).
Beliau hadapi semua itu dengan kesabaran (kekuatan, bukan kelemahan). Keadaan itu tidak menjadikan beliau lemah dan putus asa. Bahkan beliau terpilih menjadi anggota komite Hubungan Luar Negeri, salah satu komisi yang bergengsi dan terhormat. Posisi inilah yang kemudian beliau jadikan pintu untuk menyuarakan banyak pihak yang termarjinalkan. Termasuk kaum Uighur di China, Kashmir dan Muslim India, hingga ke Umat Muslim Yaman dan tentunya yang klasik isu bangsa Palestina.
Selain tegas dalam membela hak-hak mereka yang termarjinalkan beliau berhasil membangun koalisi di antara anggota Kongress. Koalisi ini memiliki mindset yang sama tentang hak-hak kaum yang termarjinalkan, termasuk bangsa Palestina. Karenanya memang diakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan itu. Sebagian anggota Kongress, walau minoritas, semakin terbuka mengeritik kesemena-menaan Israel terhadap bangsa Palestina. Sesuatu yang pada masa-masa lalu dianggap tabu dan anti Amerika.