EKONOMI ACEH MASA PANDEMI
Kondisi ini tidak berbeda dengan yang dialami perekonomian nasional. Akhir Tahun 2020 ekonomi nasional, seperti diperkirakan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, akan terkontraksi dengan skenario terburuk, yakni minus 0,4 persen. Untuk Aceh, pertumbuhan ekonomi pada akhir Tahun 2020 pun diperkirakan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Lalu, bagaimana? Tidaklah mudah mendongkrak kinerja perekonomian dalam masa pandemi ini. Sukar rasanya meramu kebijakan yang sempurna seperti dalam situasi normal, khususnya dalam mengoptimalkan proses produksi dan menjamin kelancaran arus distribusi. Dalam situasi yang sama, harus juga diformulasi kebijakan yang mampu menggairahkan pasar dan menjaga daya beli masyarakat. Tidak mudah. Dalam masa pandemi semuanya bagai serba sulit. Yang pasti, konsentrasi kebijakan selama masa pandemi akan lebih diarahkan untuk memobilisasi seluruh tenaga atau sumberdaya guna melawan musuh pandemi COVID-19.
Sebab itu, amatlah sulit meramu kebijakan ekonomi yang mampu menjadi stimulus ampuh untuk mendorong perekonomian daerah. Setidaknya selama masa pandemi ini dan beberapa bulan sesudahnya.
Tidak ada insentif atau regulasi yang menarik yang mampu mendorong aktivitas ekspor daerah atau memasukkan arus investasi selama masa pandemi ini dan juga pada beberapa tempo sesudahnya. Situasi ini tidak hanya dihadapi Aceh, tapi juga dialami daerah-daerah lain di Tanah Air. Sebab itu, hanya konsumsi sebagai satu-satunya harapan pendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan juga nasional.
Pandemi memang telah merusak semua tatanan ekonomi, bukan hanya ekonomi kita tapi juga global. Semua negara (juga daerah-daerah) kini sibuk masing-masing dengan urusannya sendiri. Pemerintahnya sibuk berjuang menyelamatkan nyawa rakyatnya. Di saat yang sama sibuk pula mengurus kebutuhan perut rakyat/warganya.
Mandek atau terhentinya sebagian aktivitas produksi dan kreativitas yang ditekuni perusahaan/perorangan selama pandemi yang berujung terjadinya pemberhentian dan merumahkan para pekerja telah membuat daya beli masyarakat menurun. Pandemi COVID-19 tidak hanya menjatuhkan banyak perusahaan atau perorangan, tapi juga ikut menimpakan tangga ke atas korbannya.