‘Gampong Aceh’ di Mekkah al-Mukarramah
Bahasa Aceh aneka lughat (dialek) bercampur baur ditambah dengan dialek “Arab-araban” mengingat hampir seluruh kabupaten/kota di Aceh ada di hotel tersebut.
Sungguh sangat terasa nuansa Aceh di gampong atau hotel Shaqriyah Raudhah Makkah. Memang diakui dari performance saja kita dapat menebak bahwa seorang itu berasal dari Aceh, sehingga tidak sungkan meskipun tidak kenal langsung dengan mudah menyapa dengan bahasa Aceh.
Pejabat di Arab asal Aceh
Bila kita menoleh sejarah banyak keturunan Aceh yang menjadi pejabat penting dari masa ke masa di antaranya Syekh Ghani Asyi yang pernah menjadi Ketua Bulan Sabit Merah Timur Tengah, Dr Jalil Asyi Ketua Menteri Kesehatan Saudi Arabia, Dr Ahmad Atsyi Menteri Haji dan Wakaf.
Yang menarik mereka meskipun telah puluhan tahun meninggalkan tanah air namun tidak sungkan menambal nama dibelakang Asyi (orang Aceh).
Bahkan pada abad ke-17 atau pada tahun 1678 masehi pembesar Arab yang berkeliling dunia untuk meminta dukungan terhadap pembangunan Masjidil Haram sempat terkatung-katung di India, akhirnya diterima di Aceh yang kala itu dijabat oleh Sultanah Zakiatuddin Inayatsyah yang fasih berbahasa Arab menyambut dan membantu semaksimal mungkin delegasi asal Saudi tersebut.
Hari ini, nama Aceh santer terdengar di seantero Mekkah karena adanya beberapa titik tanah dan bangunan berasal dari wakaf orang Aceh tempo doeloe. Dan tentunya yang sekarang adanya dana yang dibagikan ke jamaah menambah nyaring terdengar Aceh di kota suci tersebut.
Meskipun tidak semirip Gampong Yan yang ada di Keudah Malaysia setidaknya ‘Gampong Aceh’ yang ada di Hotel Shaqriyah Tower kawasan Raudhah Makkah dalam sebulan ini (musim haji tahun ini) menjelma sebagai Gampong Aceh baru di Makkah al-Mukarramah. (IA)