Hei Ade Armando, Ini Sebabnya Orang Aceh Marah Saat Ada Yang Murtad
Maka seseorang dalam masyarakat muslim memiliki ikatan banyak yang sulit untuk terlepas begitu saja. Saat tiba-tiba seseorang meninggalkan adat-istiadat, budaya, norma, bahkan keyakinan secara serta merta, maka keluarga, saudara dan masyarakat secara otomatis tidak mudah menganggap hal itu normal.
Hanya orang yang tidak menjaga integritas terhadap norma dan keyakinan serta tidak jelas identitas diri sajalah yang menganggap hal itu biasa saja.
Beda kalau seandainya memang seseorang dilahirkan sudah menjadi non muslim dan tinggal di Aceh. Hal tersebut sah saja dan rakyat Aceh menerimanya dengan lapang dada. Di Aceh banyak non muslim yang beribadah ke gereja dan hidup damai berdampingan dengan masyarakat Aceh. Tak ada security yang menjaga pintu gereja atau vihara di Aceh.
Tidakkah ini menunjukkan masyarakat muslim Aceh menghargai keyakinan agama yang sesuai hati nurani masing-masing? pengamalan Undang-undang dan penghargaan terhadap hak asasi manusia?
Inilah kenapa ada masalah ketika orang Aceh kafir terhadap Islam yang tidak mau dipahami oleh AA. Orang Aceh atau pun muslim seluruhnya tidak membenci orang berpindah agama, buktinya orang Kristen yang masuk Islam diterima dan tidak dibenci. Kenapa AA menunutut muslimin membenci mereka?
Dengan mereka tidak membenci orang Kristen yang masuk Islam bukankah menjadi bukti nyata bahwa asalnya memang orang Islam tidak membenci orang yang beralih agama. Lalu kenapa ada reaksi kalau orang Islam masuk dalam agama Kristen?
Kalau belum dipahami juga ulangi lagi paragraf di atas beberapa kali baca. Jangan dipikir para mualaf tidak bersusah payah menghadapi keluarga mereka saat keluar dari Kristen ke Islam. Coba saja tanya Ustadz Felix Siaw. Atau baca saja kisah beliau di Instagram.
Bila seorang anak berangkat dari rumah tanpa izin ayahnya, lalu tidak ingin pulang lagi, mau hidup bebas nun jauh di sana tidak peduli dengan kondisi ayah ibunya dan telah merasa bahagia di sana tanpa keterikatan keuluarga.
Bila ayah ibunya bereaksi atas sikap anaknya itu, apakah ayah ibu tak ingin menjamin pilihan anaknya untuk hidup bebas dan merasa bahagia dengan pilihannya yang sudah dewasa? Lalu datang pemikir memprotes si ayah demi membela hak si anak untuk hidup sendiri dan dan merasakan bahagia dimana saja, karena ini adalah hak asasi!