Infoaceh.net

Portal Berita dan Informasi Aceh

Isra’ Mi’raj, Kesulitan Itu Selalu Bersama Kemudahan (Bagian 2)

Oleh: Imam Shamsi Ali*

Dari sekian banyak argumentasi tentang kebenaran (hakikat) Isra’ Mi’raj, “qudratullah” atau kekuasaan dan kekuatan Allah yang tiada batas menjadi argumentasi yang utama.

Perjalanan ini bukan inisiasi Nabi Muhammad SAW. Tapi atas iradah (kehendak) dan qudrah (kuasa) Allah SWT. Dan karenanya ayat di awal Surah Al-Isra itu berbunyi “Subhana alladzi asraa bi abdihi” (Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya).

Frase “subhana” atau Maha suci adalah ungkapan kesempurnaan sekaligus keyakinan akan tiadanya kekurangan, keterbatasan atau kelemahan Dia yang mencipta langit dan bumi. Oleh karenanya perjalanan ini tidak diragukan bersentuhan dengan kesempurnaan Allah dalam kuasa-Nya.

Dengan sendirinya sesungguhnya mengingkari kebenaran Isra Mi’raj hanya karena akal kita tidak mampu memahaminya, boleh jadi sebuah bentuk pengingkaran kepada kebesaran Allah itu sendiri.

Kesulitan itu selalu bersama kemudahan

Kerap kita keliru dalam menterjemahkan ayat “inna ma’al usri yusra” dengan “sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Padahal ayat itu tidak memakai kata “ba’da” (setelah). Tapi memakai kata “ma’a” yang berarti bersama.

Artinya sesungguhnya ketika ada kesulitan atau tantangan yang terjadi dalam hidup, hadir pula bersamanya kemudahan dan peluang itu. Hanya saja memang tabiat manusia, sebagai bagian dari kelemahannya yang dha’if (lemah), haluu’a (panik) dan ‘ajuula (tergesa-gesa) ketika tertantang atau mengalami kesulitan pastinya yang akan nampak di matanya adalah kesulitan itu sendiri.

Peristiwa Isra Mi’raj sesungguhnya mengajarkan hal itu. Bahwa di tengah tantangan dan kesulitan yang dihadapi Rasul pada saat itu, justru di saat itulah Allah memperjalankannya di malam hari.

Seolah Allah ingin membuktikan kedekatan. Sekaligus dengan perjalanan itu Rasulullah melepaskan kepenatan, sekaligus menghadirkan kembali energi baru untuk perjuangan yang masih panjang.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Isra’ Mi’raj terjadi di tahun 13 kenabian atau beberapa bulan sebelum hijrah ke Madinah. Yang pasti adalah masa itu adalah situasi paling pelik dan menekan bagi Rasulullah SAW.

Setelah keluarga besar Bani Hasyim diboikot yang berakibat kepada kelaparan bahkan kematian sebagian anggota keluarga baginda. Diantara yang meninggal ketika itu adalah paman Rasulullah SAW yang sekaligus Ayah angkat beliau Abu Thalib dan isteri tercinta sekaligus penyandang dana dakwah beliau Khadijah RA.

Pemboikotan dan meninggalnya dua orang terdekat Rasulullah itu menjadikan beliau berada dalam situasi sulit dan kesedihan yang dalam. Maka tahun itu oleh beliau disebut sebagai “aamul huzni” atau tahun kesedihan.

Dalam situasi seperti itulah Allah ingin membuktikan kasih sayang dan penjagaan-Nya kepada hamba tercinta-Nya (abdihi) Muhammad SAW. Dan itu dalam bentuk sebuah perjalanan khusus di malam hari (Isra) dan perjalanan ke atas (mi’raj) untuk menerima sebuah hadiah terbesar baginya dan untuk umatnya berupa shalat.

Hal ini dengan sendirinya mengajarkan kepada kita bahwa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan hidup jangan pernah merasa ditinggalkan Allah. Karena boleh jadi justru kesulitan itu adalah kendaraan bagi hadirnya kemudahan yang tiada terduga.

Yang diperlukan sesungguhnya dalam menyikapi kesulitan dan tantangan itu adalah keyakinan yang kokoh dan konstan (unshaken). Karena boleh jadi justru kesulitan hadir sebagai bagian dari proses kehadiran kemudahan dan peluang. Kesulitan dihadirkan untuk mengukur kesiapan hamba-Nya dalam menerima kemudahan dari-Nya.

Perlu disadari bahwa ujian dalam bentuk kesulitan itu terkadang lebih ringan dibanding dalam bentuk kesenangan. Orang yang diuji dengan kesulitan di satu sisi diingatkan akan kelemahan dan keterbatasannya. Di sisi lain dipacu untuk membangun kekuatan untuk menghadapi kesulitan itu. Sehingga dia akan sadar dan bangkit.

Sebaliknya orang yang diuji dengan kesenangan boleh jadi lupa diri. Dan pada akhirnya terjatuh ke dalam lubang kehinaan yang dalam. Kehinaan yang tidak saja di dunia. Justru yang berbahaya adalah kehinaan ukhrawi.

Situasi pandemi Covid -19 saat ini tak disangkal lagi membawa kesulitan demi kesulitan dan terasa menghimpit. Tidak saja ada diantara kita atau kerabatnya yang sakit bahkan meninggal dunia. Tapi lebih dari itu juga konsekwensi ekonomi dan bahkan sosialnya sangat besar. Ada yang kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan misalnya.

Namun jika semua itu dilihat dengan bukan sekedar penglihatan kasat saja (‘sin) tapi dengan penglihatan batin (bashirah) akan ditemukan makna-makna besar yang Allah telah siapkan. Bahkan bersamaan dengan Covid-19 itu sendiri sendiri ada peluang-peluang yang Allah telah siapkan. Tahu atau tidaknya kita, keyakinan itu mengatakan demikian adanya.

Kalau saja seorang mukmin konsisten dengan iman dan agamanya, Allah akan mengangkatnya ke tingkat yang tinggi. Tidak selalu mengangkat secara fisik. Tapi derajat kemuliaan dan kehormatannya ditinggikan oleh Allah SWT.

Semoga dengan mengingat peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah SAW kita semakin tersadarkan jika pada kesulitan dan tantangan yang sedang kita hadapi, apapun wujudnya, terdapat pintu kemudahan dan peluang yang baik.

Ujiannya kemudian adalah apakah kita tetap dalam iman dan takwa kita. Atau sebaliknya justeru kesulitan itu menjadikan kita lemah dan jauh dari Dia yang sesungguhnya mengendalikan segala sesuatu?

“Wa man yattaqillah yaj’allahu makhraja wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib”. (Bersambung….).

Udara Doha-Chicago, 11 Maret 2021

*Penulis Presiden Nusantara Foundation

Lainnya

Bupati Aceh Selatan Mirwan menugaskan Plt Sekda Masrizal mengawasi dan memastikan stabilitas harga pupuk subsidi di Aceh Selatan. (Foto: Ist)
Edan! Suami di Riau Serahkan Istri untuk Disetubuhi Dukun, Dalih Sembuhkan Santet
Daftar 24 Calon Dubes yang Diusulkan Prabowo, Ada Nama Adik Luhut
Pangkoopsud I Marsda TNI Muzafar melaksanakan kunjungan kerja ke Lanud SIM Blang Bintang, Aceh Besar, Jum'at (4/7/2025). (Foto: Ist)
Alumni Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik USK Muhammad Haikal Gunarya, berhasil lolos program beasiswa dari Pemerintah Jepang yaitu MEXT untuk menempuh studi doktoral di bidang Seismologi. (Foto: Ist)
Tanah Blang Padang di Kota Banda Aceh. (Foto: Ist)
Penebangan satu batang pohon Jeju (soga) di kawasan wisata Pantai Ulee Lheue memantik amarah dan keprihatinan warga kota Banda Aceh. (Foto: Ist)
Budi Arie Tak Tersentuh, Haruskah Menunggu Hukuman Tuhan?
KPK Usut Permintaan Komitmen Fee Pengadaan di MPR
Di E-commerce Hanya Rp259 juta
Tom Lembong Dituntut 7 Tahun Penjara di Kasus Impor Gula
Beathor Akui Pernah Kagumi Jokowi, Kini Dipecat Usai Ungkap Dugaan Ijazah Palsu
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Neng Eem Marhamah
Gus Jazil
Novita Sari, Dosen PRODI Psikologi, FK,  USK. (Foto: Humas USK)
Polsek Banda Raya bersama Unit Patroli Presisi Ditsamapta Polda Aceh mengamankan 7 remaja terlibat balap liar saat shalat Jum'at di belakang Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya, Banda Aceh, Jum'at (4/7). (Foto: Ist)
Anggota Polda Jateng Diduga Terlibat Judol dan Berzina dengan 2 Perempuan, Kini Dipatsus
Luhut Sedih Gegara Jasa Jokowi Seolah Dilupakan
'Saya Tertipu Citra Jokowi' Pengakuan Saiful Huda, dari Loyalis Jadi Pengkritik Paling Keras!
Kompol Syarif Diperiksa Soal Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Enable Notifications OK No thanks