Kenapa Banyak Tidak Suka Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid?
Pada hari ketiga kunjungan bersejarahnya ke Suriah dan Paus Yohanes Paulus berdo’a di salah salah satu bangunan yang masih berdiri setelah Israel mundur dari kota itu pada tahun 1974. Israel meledakkan menggunakan dinamit sebagian besar kota ketika mereka mendudukinya selama 7 tahun. Ketika saya mengunjunginya pada tahun 2010, saya dengan jelas bisa melihat antena radar dan pasukan militer di kejauhan, di bukit yang menghadap ke kota Quneitra.
Paus Yohanes Paulus melakukan peribadatan di dalam reruntuhan Gereja Kristen Ortodoks Yunani yang mana itu dianggap sebagai tempat paling sensitif secara politik dalam kunjungannya ke situs-situs Kristen di Suriah. Namun walaupun begitu, ia sama sekali tidak mengkritisi penghancuran [gereja] dan pencemaran secara sengaja terhadap makam-makam yang dilakukan oleh Israel, semua ini disaksikan dengan jelas oleh jurnalis.
Paus Yohanes Paulus saat itu juga menelusuri kembali jejak Paulus, yang masuk Kristen [ketika berjumpa dengan Yesus] di jalan menuju kota Damaskus. Kunjungannya ke Suriah juga berfokus pada rekonsiliasi antara Kristen dan Muslim, yang ditandai dengan kunjungan sejumlah uskup ke tempat ibadah umat Muslim seperti Masjid Umayyah di Damaskus, yang di sana terdapat makam Yohanes sang Pembaptis [Nabi Yahya ‘alaihissalam].
Kita tidak mengetahui secara pasti, tapi saya meyakini bahwa Paus Yohanes Paulus [jika masih hidup] mungkin akan lebih memahami keputusan Presiden Turki, yang mengatakan bahwa ibadah untuk umat Muslim akan dimulai pada 24 Juli 2020 di situs warisan dunia UNESCO, Hagia Sophia.
Dari perspektif hukum juga, bahwa dekrit presiden membatalkan keputusan ilegal yang dibuat oleh pemerintah Turki pada tahun 1934, yang saat itu dipimpin oleh pendiri Turki sekuler modern, Mustafa Kemal Ataturk.

Keputusan untuk menjaga gereja yang diubah menjadi mesjid, sebagai museum tidak memiliki legitimasi sebab bangunan dan tanah Hagia Sophia merupakan wakaf milik Sultan Muhammad Al-Fatih sejak tahun 1453. Arsip dokumen wakaf itu masih berada di Ankara hingga saat ini.