Kenapa Banyak Tidak Suka Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid?
Di antara mereka yang marah atas langkah yang diambil Erdogan adalah pemerintah Yunani, yang secara terang-terangan pernah menghancurkan ratusan masjid dan peninggalan religius era Utsmani di Yunani ketika mereka mendeklarasikan kemerdekaannya di abad ke-19.
Bangunan-bangunan bersejarah Utsmani diubah menjadi penjara militer, bioskop, perkantoran, tempat penginapan dan gudang. Masjid-masjid yang ditutup untuk beribadah umat Muslim itu juga diantaranya ya… mereka ubah menjadi gereja.
Rusia juga mengecam Erdogan, menganggapnya memecah belah dan membuat bangsa-bangsa pada perselisihan secara langsung. Terminologi “memecah belah” itu anehnya datang dari negara yang menopang diktator pelaku genosida, Bashar Al-Assad, dalam perang sipil yang menyebabkan setengah populasi penduduk Suriah mengungsi dan ratusan ribu lainnya terbunuh.
Tindakan Moskow dalam skala internasional seperti aneksasi Krimea dan dukungan militer terhadap pemberontak Khalifa Haftar di Libya, juga Assad di Suriah, serta pembunuhan Salisbury menggunakan racun, pembunuhan tehadap Litvinenko mengungkap betapa munafiknya pemerintah Rusia.
Bisa dikatakan, standar ganda terbesar justru datang dari UNESCO, yang dengan arogan mengatakan bahwa Komite Warisan Dunia “akan mereview status Hagia Sophia” sebagai Situs Warisan Dunia. Saya tidak melihat lembaga PBB ini marah ketika tentara Israel menembaki Gereja Kelahiran [Yesus] di Betlehem, ketika sejumlah penduduk Palestina berlindung di dalamnya pada tahun 2002. Tak ada satu kata kecaman pun keluar dari Gereja Inggris, walaupun Paus Yohanes Paulus II menyatakan keprihatinannya.
Satu hal yang menarik untuk disebutkan juga adalah Israel dan Amerika, yang baru-baru ini lebih banyak menghabiskan energi dan waktunya mempertahankan instalasi minyak di Iraq ketimbang mendukung situs warisan dunia, keduanya memutuskan untuk keluar dari UNESCO pada tahun 2017.
Dalam artikelnya terkait permasalahan ini, koresponden Middle East Monitor di Jalur Gaza, Motasem A. Dallaol, menyatakan kekhawatirannya atas Masjid Al-Aqsha di kota Al-Quds [Yerusalem] dan mengapa dunia membiarkan Israel melakukan yahudisasi terhadap situs tersuci ketiga umat Islam, dan juga yahudisasi terhadap kesucian tempat ibadah Muslim dan Kristen lainnya [di Palestina]. Dia juga menuliskan kritiknya atas apa yang terjadi pada Masjid Agung Cordova yang tetap dijadikan sebagai gereja katedral, begitupun dengan masjid di Sevilla [Spanyol].