INFOACEH.netINFOACEH.netINFOACEH.net
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Dunia
  • Umum
  • Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Gaya Hidup
Cari Berita
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Font ResizerAa
Font ResizerAa
INFOACEH.netINFOACEH.net
Cari Berita
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga
  • Hukum
  • Kesehatan & Gaya Hidup
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Rights Reserved.
Opini

Ketika Kekuasaan Mengalami Kepanikan

Last updated: Rabu, 7 Oktober 2020 21:12 WIB
By Redaksi - Wartawati Infoaceh.net
Share
Lama Bacaan 6 Menit
Ketika Kekuasaan Mengalami Kepanikan
SHARE

Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi*

Dalam sejarah kehidupan manusia ragam peristiwa yang terjadi dari masa ke masa kerap kali berulang dalam bentuk yang sama atau beda, namun tidak jarang memiliki makna dan tujuan yang sama.

Aceh dan Luka yang Tak Pernah Benar-benar Sembuh dalam Republik Indonesia

Salah satu hal yang kita lihat sering terjadi dan terulang dalam sejarah manusia adalah hiruk pikuk, atau ungkapan yang lebih positif, dinamika politik yang terjadi dalam sebuah bangsa.

- ADVERTISEMENT -

Dinamika itu kerap kali menggoncang stabilitàs nasional bangsa tersebut. Tapi tidak jarang juga membawa kepada sebuah perubahan positif. Dengan dinamika yang terjadi para stakeholder menyadari urgensi untuk melakukan perubahan.

Dalam sejarah, ada satu hal yang sering terjadi dan hampir pada semua bangsa. Hal ini saya akan sebut sebagai “kepanikan kekuasaan”. Seringkali mereka yang berada di posisi kekuasaan merasa terancam, dan karenanya mengalami kepanikan.

- ADVERTISEMENT -
Menjaga Damai di Tengah Bencana, Menahan Diri dari Segala Provokasi

Kepanikan inilah yang biasanya menjadikan mereka yang berada di posisi kekuasaan itu mengambil sikap atau tindakan, yang tidak saja menekan lawan politiknya. Justeru kebijakan itu biasanya bertentangan dengan kepentingan rakyat luas, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang secara konsensus diterima sebagai pijakan bersama.

Sebelum saya menyampaikan nilai-nilai yang dimaksud, saya ingin menyampaikan bahwa Al-Quran penuh dengan contoh-contoh kepanikan penguasa sepanjang sejarah manusia.

Dari zaman Nabi Nuh AS, Ibrahim AS, Musa, Isa AS, hingga ke zaman “khataman nabiyyin” (penutup nabi-nabi), Muhammad SAW.

Jangan biarkan pejabat 'wet-wet gaki' (ongkang-ongkang kaki) di tengah bencana terulang. Foto: Ilustrasi
Jangan Biarkan Pejabat ‘Wet-Wet Gaki’ di Tengah Bencana Aceh

Pada umumnya dipahami bahwa penentangan pembesar-pembesar di zaman para nabi itu karena alasan keagamaan. Pemahaman ini boleh benar, tapi boleh jadi juga tidak benar.

- ADVERTISEMENT -

Ambillah sebagai misal kekejaman Fir’aun kepada Bani Israel, dan resistensinya kepada Musa AS.

Dalam sejarah yang disampaikan oleh Al-Quran, awal pembasmian anak-anak lelaki dari kalangan Bani Israel karena kekhawatiran terhadap ancaman kekuasaannya.

Maka walaupun kita ketahui bahwa resistensi itu tidak bisa dipisahkan dari dakwah nabi Musa AS kepada Tauhid. Artinya di sini aspek agama kemudian menjadi alasan.

Tapi dengan melihat kepada asal awal dari kebencian itu adalah karena panik kekuasaan tadi.

Di sinilah kemudian dipahami bahwa konteks penentangan kepada Dakwah Tauhid tidak selalu murni karena alasan agama. Justeru Tauhid karena Tauhid dianggap ancaman terhadap kekuasaan itu sendiri.

Dengan Tauhid mereka yang diktator dan merasa berkuasa mutlak merasa terganggu atau terancam. Sebab Tauhid mengajarkan kesetaraan manusia. Bahwa kekuasaan adalah amanah yang diberikan kepada penguasa untuk memberikan pelayanan (khidmah) kepada rakyat.

Dari semua di atas jelas bahwa berbagai sikap dan kebijakan yang mereka lakukan untuk menghalangi perkembangan dakwah para Rasul Allah tidak bisa dilepaskan dari apa yang saya sebutkan sebagai kepanikan kekuasaan”.

Penguasa akan melakukan berbagai cara untuk meredam apa yang dianggap ancaman kepada kekuasaannya. Dari yang halus, intimidatif, hingga kepada kekerasan terbuka.

Ambillah sebagai contoh Raja Namrud di zaman Nabi Ibrahim AS. Pembelaan kepada kekuasaannya, yang diekspresikan dengan “wanshuruu aalihatakum” (tolong tuhan-tuhan kalian) itu pada akhirnya memakai kekerasan dengan melempar Ibrahim AS ke dalam api.

Kepanikan kekuasaan seperti ini terjadi sepanjang sejarah manusia. Tidak mustahil juga di masa kini. Di banyak negara dengan mudah kita bisa mengidentifikasi kekuasaan yang sedang mengalami kepanikan.

Tentu hal itu akan terlihat dalam sikap dan kebijakan penguasa dalam menyikapi mereka yang menginginkan perubahan dan perbaikan.

Self contradictory

Satu hal yang juga memalukan (shamefulness) dalam situasi kepanikan itu adalah sering terjadi prilaku paradoks. Saya menyebutnya “self contradictory”. Yaitu sebuah sikap yang kontra antara pengakuan dan prilaku terhadap nilai-nilai yang dianggap sebagai pijakan bersama.

Ambillah sebagai misal konsep demokrasi. Dalam tatanan negara demokrasi pemerintahan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya kekuasaan tertinggi sesungguhnya ada di tangan rakyat. Dan rakyat memiliki hak untuk mengoreksi pemerintah dan kebijakannya.

Tapi bagi penguasa yang mengalami kepanikan koreksi atau kritikan masyarakat akan dilihat sebagai ancaman. Dan karenanya kritikan itu akan dihadapi dengan cara-cara yang justeru paradoksikal (berlawanan) dengan demokrasi itu sendiri.

Mereka yang dianggap ancaman akan dihalang-halangi, diintimidasi, bahkan dilakukan kekerasan agar gagal atau terhenti dalam upayanya untuk mengoreksi kekuasaan tersebut.

Berbagai aturan atau perundang-undangan juga sering dipaksakan untuk tujuan meredam apa yang menjadikan kekuasaan itu panik. Kebebasan ekspresi sebagai bagian esensial dari Demokrasi juga tidak jarang terlucuti karena kepanikan para penguasa.

Tanpa mengingkari adanya pihak-pihak yang ingin mengail di air keruh, pada umumnya mereka yang melakukan koreksi terhadap kekuasaan itu adalah mereka yang punya keinginan tulus untuk melihat bangsa/negaranya menjadi lebih baik.

Atau mungkin dalam bahasa Nabi Saleh AS: “In uriida illa al-ishlaah” (saya tidak menginginkan kecuali kebaikan/perubahan saja).

Tapi begitulah ketika sebuah kekuasaan mengalami kepanikan, berbagai asumsi akan dibangun. Bahkan tidak jarang juga berbagai teori diciptakan sebagai justifikasi untuk meredam usaha-usaha perbaikan (Ishlaah) itu.

Salah satu teori yang sering kita dengarkan adalah bahwa mereka yang mengeritik penguasa itu melakukan “kekisruhan” atau “perpecahan” di tengah masyarakat. Untuk membenarkan teori itu biasanya secara misterius tiba-tiba terbentuk kelompok lain. Kedua kelompok inipun saling berhadapan.

Kekisruhan antara dua kelompok yang berseberangan itu kemudian menjadi pembenaran bagi kekuasaan yang panik untuk meredam mereka yang dianggap ancaman.

Tidak jarang bahkan berujung kepada kriminalisasi terhadap mereka yang dianggap ancaman itu.

Itulah bentuk kepanikan kekuasaan yang perlu kita waspadai. Jangan-jangan peristiwa di bangsa-bangsa masa lalu itu kembali menjangkiti banyak bangsa hari ini. Semoga tidak!

New York, 5 Oktober 2020

  • Diaspora Indonesia di Kota New York AS
Previous Article Abu Jakfar Lailon Abu Jakfar Lailon, Ulama dan Guru Masyarakat Kuala Batee
Next Article Kegiatan seminar Kihajar TIK Talks secara virtual yang digelar Dinas Pendidikan Aceh melalui UPTD Balai Tekkomdik, Rabu (7/10) Aceh Empat Besar Provinsi Terbanyak Peserta Kihajar STEM

Populer

Nasional
Jelang Kunjungan Presiden, Hutama Karya Kebut Pembangunan Huntara di Aceh Tamiang  
Selasa, 30 Desember 2025
Siapa Andini Permata Videonya Berdurasi 2 Menit 31 Detik Bareng Adiknya Viral di Medsos
Umum
Siapa Andini Permata? Sosok Fiktif di Balik Video 2 Menit 31 Detik yang Jadi Umpan Penipuan Digital
Jumat, 11 Juli 2025
Aceh
Peringatan BMKG: Hujan Lebat Tiga Hari ke Depan, Warga Aceh Diminta Waspada Banjir
Selasa, 30 Desember 2025
Umum
Kolonel Windarto Jadi Danrem 012/Teuku Umar, Kolonel Riyandi Aster Kasdam IM
Senin, 29 Desember 2025
Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem bersama kedua istrinya, Marlina Usman atau Kak Ana (Ketua TP PKK Aceh) dan Salmawati SE atau Bunda Salma (Anggota Komisi III DPRA). (Foto: Ist)
Aceh
Dua First Lady Aceh: Antara Kak Ana dan Bunda Salma, Siapa Paling Berpengaruh?
Kamis, 3 Juli 2025

Paling Dikomentari

Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fad saat melepas pelari bercelana pendek di event olahraga FKIJK Aceh Run 2025 yang digelar di lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad pagi (11/5). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Olahraga

Tanpa Peduli Melanggar Syariat, Wagub Fadhlullah Lepas Pelari Bercelana Pendek di FKIJK Aceh Run

Sabtu, 11 Oktober 2025
Anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil
Aceh

Komisi III DPR RI Minta Polisi Tangkap Gubsu Bobby Terkait Razia Mobil Plat Aceh

Minggu, 28 September 2025
UMKM binaan BRI sukses ekspansi pasar Internasional
Ekonomi

Negara Diam, UMKM Digasak Shopee-Tokopedia-TikTok

Jumat, 25 Juli 2025
Anggun Rena Aulia
Kesehatan & Gaya Hidup

Serba Cepat, Serba Candu: Dunia Baru Gen Z di Media Sosial

Minggu, 19 Oktober 2025
Fenomena penggunaan jasa joki akademik di kalangan dosen untuk meraih gelar profesor mulai menjadi sorotan di Aceh. (Foto: Ilustrasi)
Pendidikan

Fenomena Joki Profesor di Aceh: Ancaman Serius bagi Marwah Akademik

Jumat, 12 September 2025
FacebookLike
XFollow
PinterestPin
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
TelegramFollow
WhatsAppFollow
ThreadsFollow
BlueskyFollow
RSS FeedFollow

Berita Lainnya

Mayjen TNI (Purn) TA Hafil Fuddin SH SIP MH
Opini

Aceh Tamiang Tak Cukup Diberi Bantuan, Perlu Rekonstruksi Menyeluruh dan Tata Ruang Baru

Selasa, 23 Desember 2025
Opini

Bencana Aceh-Sumatera, Negara Hadir dalam Rapat dan Pidato 

Jumat, 19 Desember 2025
Opini

Indonesia dalam Cengkeraman Kepribadian Otoritarian

Kamis, 18 Desember 2025
Opini

Negara Belum Sepenuhnya Hadir di Tengah Bencana Banjir Aceh

Rabu, 17 Desember 2025
Mahmud Padang (Pemerhati Sosial Politik Aceh, Ketua DPW Alamp Aksi Aceh)
Opini

Drama Nasional di Panggung Bencana Aceh

Jumat, 12 Desember 2025
Lebih 100 organisasi masyarakat sipil melayangkan somasi dan mendesak Presiden Prabowo Subianto segera menetapkan status bencana nasional atas banjir-longsor besar yang melanda Aceh-Sumatera. (Foto: Ist)
Opini

Narasi Pemerintah Runtuh: Bencana Sumatera Ungkap Negara Tak Mampu ‘Menangani Sendiri’

Jumat, 12 Desember 2025
Opini

Banjir Sumatera dan Jejak Kayu yang Mengkhianati Hutan

Selasa, 2 Desember 2025
Dr (cand) Yohandes Rabiqy, SE., MM
Opini

250 Ton Beras Masuk Tanpa Izin: Bukti BPKS Terlalu Lama Dibiarkan Tanpa Pengawasan

Senin, 24 November 2025
TAMPILKAN LAINNYA
INFOACEH.netINFOACEH.net
Follow US
© 2025 PT. INFO ACEH NET. All Right Reserved.
Developed by PT. Harian Aceh Indonesia
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Logo Info Aceh
Selamat datang di Website INFOACEH.net
Username atau Email Address
Password

Lupa password?