Lepas dari Jokowi, Semua Happy
Oleh: Tony Rosyid*
PERSEPSI yang terbangun di publik bahwa kekuasaan Presiden Prabowo Subianto diintervensi Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi. Sampai ada istilah Geng Solo. Istilah ini seperti menunjukkan adanya eksistensi kekuatan yang dikendalikan oleh Jokowi dari Solo. Sekali lagi, ini persepsi publik.
Persepsi ini dilatari oleh pertama, pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai wapres yang kontroversial. Terlebih ketika muncul isu Gibran akan mengganti Prabowo di tengah jalan.
Kedua, banyak sekali menteri titipan dari Jokowi. Orang-orang Jokowi menduduki jabatan strategis di kabinet Prabowo.
Ketiga, intensitas pejabat yang sowan ke Solo cukup memancing persepsi bahwa Jokowi dianggap masih punya kekuatan. Terutama ketika peserta didik Sekpimmen Polri menyambangi rumah Jokowi di Solo pada bulan April lalu.
Persepsi adanya intervensi Jokowi semakin meyakinkan ketika Letjen TNI Kunto Arief Wibowo, putra Wapres ke-6 RI Try Sutrisno, dimutasi jabatannya (dari Pangkopgabwilhan I ke Stafsus KSAD) setelah sang ayah memprakarsai pemakzulan Gibran. Meski mutasi ini segera dibatalkan. Diduga karena Prabowo tak menginginkan mutasi ini.
Lepas benar tidaknya, persepsi publik ini telah memicu semakin membesarnya gerakan “anti Jokowi” karena Jokowi dianggap masih sebagai ancaman.
Satu sisi, Jokowi punya beban terhadap karir anak dan menantu. Mereka belum cukup matang untuk dilepas. Terutama adanya kontroversi yang membersamai proses karir mereka selama ini. Di sisi lain, Jokowi dituntut untuk netral dan lepas dari dinamika kekuasaan yang sedang dikomandoi oleh Prabowo.
Tanpa upaya serius untuk meyakinkan kepada publik bahwa tidak ada Geng Solo dan tidak ada intervensi Jokowi kepada kekuasaan Prabowo, maka perlawanan kepada Jokowi akan semakin keras dan makan waktu panjang.
Tidak menutup kemungkinan akan terjadi gerilya perlawanan terus menerus dan butuh waktu lama untuk berhenti.
Perseteruan Jokowi dengan para aktivis akan terus berlanjut. Ini berpotensi menjadi bola salju. Jika “tanpa kekuasaan” Jokowi terus akan meladeni berbagai tuntutan dan konflik ini, maka perlawanan akan semakin membesar.