Lepas dari Jokowi, Semua Happy
Berbagai kelompok yang selama ini kecewa terhadap Jokowi dimungkinkan untuk melakukan konsolidasi perlawanan yang lebih sistemik dan masif. Mereka adalah para aktivis, kader PDIP, para pendukung Anies Baswedan dan bahkan para pendukung Prabowo. Boleh jadi juga para kader Demokrat dan pendukung Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY yang partainya pernah hampir saja lepas.
Mereka yang pernah kecewa terhadap Jokowi dimungkinkan bersatu, dan infonya sedang terjadi konsolidasi di antara mereka.
Di sisi lain, kekuatan Jokowi secara bertahap “dipreteli” satu persatu. Jaksa Agung “puter balik” dan tak lagi berada di tangan Jokowi. Sebentar lagi akan ada restrukturisasi di tubuh Polri dan TNI. KPK terus mendapatkan tekanan untuk bersikap profesional.
Di sisi lain, Prabowo sudah memberi sinyal akan adanya resuffle kabinet. Siapa saja yang akan diresuffle? Dalam resuffle kabinet, pertimbangan Politik biasanya lebih dominan dari pada kebutuhan akan profesionalitas.
Setelah pergantian Kapolri, Panglima TNI dan para menteri, nyaris kekuatan Jokowi memudar.
Sebelum resuffle terjadi, akan sangat strategis jika Jokowi melangkah lebih cepat dengan meyakinkan kepada publik bahwa ia akan bersikap netral dan tidak melakukan intervensi kekuasaan.
Ini penting untuk berdamai dengan kedamaian dan ketenangan hidup, serta menjauhkan suasana konflik yang tidak perlu diperpanjang.
Bicara tentang kesalahan, mana ada presiden yang tidak bersalah? Secara hukum, salah tetap salah dan harus bertanggung jawab. Idealnya memang seperti itu. Tapi, politik Indonesia punya kelaziman yang seringkali melampaui hukum. Suka tidak suka, itulah fakta sejarahnya.
Kenapa tuntutan kepada Jokowi lebih kencang dari pada kasus BLBI dan Bank Century misalnya? Di antara pemicunya adalah pilihan “strategi konflik” yang selama ini telah mewarnai jalan kekuasaan Jokowi.
Strategi konflik beroperasi sejak tahun 2016, jelang Pilgub DKI Jakarta. Plus dugaan politik dinasti yang membuat banyak pihak masih terus merasa khawatir.
Keributan ini akan mereda, setidaknya berkurang intensitasnya, jika Jokowi berhasil meyakinkan rakyat bahwa ia tidak lagi berpolitik praktis.