Oleh: Nikmal ‘Abdu S.Ag*
12 Rabiul Awal 1443 Hijriah atau bertepatan 19 Oktober 2021 adalah momentum bagi kaum muslimin di berbagai penjuru dunia untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sosok yang kepadanya Allah wahyukan Al-Quran agar disampaikan kandungannya kepada umat manusia.
Selaku utusan Allah, Nabi Muhammad punya misi agar hamba Allah dapat memperoleh kebahagiaan dan terselamatkan dari beragam kerusakan. Dua hal tersebut kemudian menjadi agenda utama dalam tiap risalah yang beliau bawa. Menariknya Nabi berdakwah tidak semata mengandalkan retorika, tapi memulainya dengan memberikan teladan yang berharga.
Saban kali perayaan maulid tiba, kita disuguhkan dengan banyak narasi heroik tentang kehidupan Sang Baginda. Mulai dari profil, tata cara berkelakuan hingga cerita-cerita agung lainnya yang membuat Rasulullah memang pantas dinobatkan sebagai uswatun hasanah.
Dalam kitab Rahiiqul al-Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dikisahkan kehidupan Nabi dalam kesehariannya. Salah satu yang menarik adalah bagaimana Nabi Muhammad SAW mengubah akhlak sosial umat saat itu dengan menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama.
Kasih sayang pada umumnya muncul dari yang kuat pada yang lemah. Allah menyayangi hamba-Nya, orang tua menyayangi anaknya dan lain sebagainya.
Sifat saling menyayangi harus ditanamkan dalam jiwa umat Islam agar tercipta kebahagiaan bersama.
Janganlah kita acuh terhadap sesama sehingga ada manusia lain menderita baik secara lahir maupun batin. Pesan ini kiranya selaras dengan salah satu sabda Nabi sebagaimana diriyawatkan oleh Imam Turmudzi,
ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤُﻮﻥَ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ، ﺍﺭْﺣَﻤُﻮﺍ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻳَﺮْﺣَﻤْﻜُﻢْ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ، ﺍﻟﺮَّﺣِﻢُ ﺷُﺠْﻨَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ،
ﻓَﻤَﻦْ ﻭَﺻَﻠَﻬَﺎ ﻭَﺻَﻠَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻗَﻄَﻌَﻬَﺎ ﻗَﻄَﻌَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ
Artinya: Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barang siapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya.
Syaikh Syamsuddin Muhammad dalam bukunya Majalis Wa’dziyah menjelaskan, Nabi sangat menganjurkan umatnya untuk menebarkan kasih sayang. Sayangilah orang bodoh dengan pencerahan ilmu, sayangilah orang hina dengan kemuliaan, sayangilah orang papa dengan sedekah harta, sayangilah anak-anak dan orang tua dengan cinta kasih, sayangilah pendosa dengan kebijaksanaan dakwah.
Rasulullah SAW dalam membina masyarakat (umatnya) selalu mengutamakan sikap kasih sayang. Bahkan perlakuan terhadap musuh pun masih dilandasi dengan kasih sayang, meski mereka itu melukainya hingga berdarah-darah, Nabi memaafkan bahkan berdoa agar Allah SWT mengampuni mereka.
Justru dengan kasih sayang, terbukti Muhammad SAW dapat mengubah era jahiliyah dan membangun satu tatanan masyarakat marhamah yaitu kehidupan bangsa yang diwarnai dengan semangat kasih sayang.
Semoga oase ringkas dari secuil keteladanan al-Mustafa dapat kita jadikan bekal sekaligus amalan di tengah hidup yang semakin modern dengan segala gegap gempita dunia.
*Penulis Staf pada Bidang Penerangan Agama Islam Zakat Wakaf (Penaiszawa) Kanwil Kemenag Aceh