Pemuda Aceh Jangan Jadi Generasi Strawberry, Harus Lebih Cerdas dari AI
Dalam hal aspek pendidikan sebagai landasan untuk berfikir harus menjadi pertimbangan utama bagi pemuda dalam pembangunan Aceh. Selain itu, aspek kecerdasan emosional, silaturahmi, jejaring sosial, serta kapital juga perlu menjadi pertimbangan penting bagi pemuda dalam berkontribusi untuk pembangunan Aceh.
Lebih dari itu, pemuda Aceh perlu menjadi garda terdepan untuk merubah worldview masyarakat Aceh yang seringkali menempatkan Aceh sebagai center of universe.
Pemuda Aceh perlu melihat dunia luar, mengambil yang contoh yang baik, dan menghilangkan yg buruk.
Menurut Danil Taqwadin, yang juga Sekretaris Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Aceh, mau tidak mau, pemuda hari ini akan menerima estafet sebagai aktor pembangunan Aceh di masa mendatang.
Tapi ada rasa optimis dan juga pesimis terhadap pemuda sebagai generasi penerus. Optimisme saya hadir atas dasar Aceh tidak akan kehilangan sosok yang berhasil pada sektor ekonomi, politik dan sosial baik di level lokal maupun nasional.
Pesimisme saya datang dari perkembangan teknologi yang semakin memudahkan tugas individu, serta penyalahgunaan teknologi yang berlebihan membuat nilai-nilai kolektifitas, mentalitas dan etika dalam masyarakat semakin tergerus.
Meskipun sebagian sarjana melihat bahwa pemuda saat ini jauh lebih kreatif dibandingkan pemuda dahulu, namun terdapat masalah daya tahan, mentalitas, “baperan”, manja, yang dikenal sebagai generasi strawberry.
Hal ini seringkali kontradiktif dengan dunia riil yang keras. Meskipun demikian, harapannya, pemuda Aceh semakin sadar akan posisinya sebagai generasi penerus.
Kesadaran ini perlu dibangun secara konsisten, sehingga menjadi landasan perubahan bagi Aceh yang lebih baik ke depannya.
Terkait dengan etos kerja Pemuda Aceh dewasa ini yang disinyalir kurang kreatif, Danil Akbar Taqwadin mengungkapkan sama halnya dengan sebelumnya, bahwa ada fenomena generasi strawberry pada pemuda Aceh, terutama pada Gen Z. Hal ini mungkin akan jadi tantangan ke depannya.
Perkembangan teknologi yang semakin memudahkan kerja-kerja manusia, membuat para pemuda akan berfikir semakin praktis dan semakin tidak dibatasi oleh batasan moral, etika, emosi, dan sebagainya.