Pentas “Bohku”: Ketika Puisi Menampar Keangkuhan Kekuasaan
Dan bagi mereka yang mabuk kuasa, puisi Din Saja mungkin terasa seperti cambuk. Menyakitkan. Mengganggu. Seperti azan yang terdengar mengusik di telinga orang-orang yang tak ingin diingatkan Tuhan.
Tapi bagi kami yang masih percaya, puisi adalah doa yang bersajak. Ia menyejukkan. Ia menguatkan. Dan yang paling penting, ia mengingatkan: bahwa kekuasaan adalah titipan, bukan warisan.
Penulis: Sri Radjasa MBA (Pekerja Kesenian)
Tag
Subscribe
Login
0 Comments