Politik Jatah Preman, Potret Budaya Indonesia
Fenomena preman dan genk kekerasan, tidak dapat dilihat semata mata gagalnya penegak hukum, tapi menjadi tolok ukur pemimpin negara yang tidak mampu mengintegrasikan kekuasaan negara, sehingga mengakibatkan porak porandanya kekuasaan negara jatuh ke tangan kelompok tanpa legitimasi.
Inilah tragedi dalam kehidupan berbangsa bernegara, ketika preman dan genk kekerasan dijadikan mitra para elite politik, untuk bekerja di areal gelap dimana otoritas legal tidak mampu menjamahnya, seperti memberangus kegiatan politik praktis kelompok oposisi dan aksi-aksi mahasiswa maupun ormas.
Di negara yang penuh dengan ketidakpastian, kebenaran tergantung siapa yang mengucapkan, keamanan hanya milik para orang kaya, penegak hukum bekerja semata-mata karena mengejar materi, rakyat hanya berharap besok masih bisa makan.
Di sinilah kehadiran preman dan genk kekerasan menjadi penawar untuk mengeliminir semua ketidakpastian, tapi semata-mata hanya untuk meraup keuntungan sepihak.
Kini kesadaran kolektif bangsa amat dibutuhkan untuk menjawab hegemoni preman dan genk kekerasan yang menjual rasa takut sebagai mata uang sosial.
Rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara tidak boleh kalah oleh anasir kekerasan yang hidup menjadi benalu.