Prabowo Tunjukkan Indonesia Masih Ada untuk Aceh
Oleh: Drs M Isa Alima*
Di tengah kegelisahan yang sempat menyelimuti rakyat Aceh, muncul secercah cahaya dari Istana. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengambil langkah tegas dan menyentuh hati: mengembalikan empat pulau yang sebelumnya menjadi polemik ke dalam wilayah administrasi Aceh.
Langkah ini bukan hanya sebuah keputusan politik administratif—ia adalah simbol bahwa negara masih hadir, peduli, dan mencintai Aceh.
Empat pulau tersebut—Pulau Mangkir Besar, Mangkir Kecil, Pulau Lipan, dan Pulau Panjang—sempat menjadi sorotan setelah isu peralihan kewenangan muncul dalam dokumen resmi yang menempatkan pulau-pulau itu di bawah provinsi lain.
Kejadian ini memantik reaksi keras dari tokoh-tokoh Aceh, masyarakat sipil, hingga diaspora Aceh di seluruh Indonesia. Mereka mempertanyakan, apakah Aceh sedang dilupakan?
Namun saat kekhawatiran mulai berubah menjadi keputusasaan, Presiden Prabowo hadir. Dengan keputusan yang cepat dan bijak, beliau menegaskan bahwa keempat pulau tersebut tetap menjadi bagian dari Provinsi Aceh.
“Ini bukan hanya tentang garis di peta, ini tentang rasa keadilan dan martabat masyarakat Aceh.
Kehadiran Presiden Prabowo layaknya seorang nahkoda yang datang tepat saat kapal hampir terhempas badai.
Di saat rakyat Tanah Rencong nyaris percaya bahwa suara Aceh tak lagi didengar, Presiden Prabowo membuktikan sebaliknya—bahwa pemimpin sejati tahu kapan harus datang, dan tahu apa yang harus dilakukan.
Menurutnya, apa yang dilakukan Presiden Prabowo bukan semata tindakan teknokratis atau sekadar merespons desakan publik. Itu adalah bentuk kasih sayang seorang pemimpin kepada rakyatnya.
Beliau hadir seperti seorang ayah yang memeluk anaknya sebelum tangis jatuh sepenuhnya. Ini adalah kebijakan yang memeluk, bukan menekan. Ini adalah keputusan yang menyatukan, bukan memisahkan.
Di berbagai media sosial, warganet dari Aceh dan luar daerah menyambut baik keputusan tersebut. Banyak yang menyebut,
Negara akhirnya mendengar. Ada pula yang menulis, “Prabowo mengingatkan kami bahwa Indonesia belum melupakan Aceh.”
Langkah ini dinilai sebagai bentuk kepemimpinan yang tak hanya menggunakan akal dan strategi, tapi juga hati. Di saat kepercayaan terhadap negara mulai goyah, Presiden Prabowo memulihkannya hanya dengan satu keputusan—tepat, cepat dan tulus.
Kini, Aceh tahu bahwa mereka tidak sendiri. Bahwa dalam diam dan jarak, negara masih mengawasi, menjaga, dan merespons.
Bahwa dalam Presiden Prabowo, mereka menemukan pemimpin yang tak sekadar memerintah, tapi juga memahami.
“Aceh akan mengingat ini,” “seperti tanah mengenang hujan pertama, seperti laut menyimpan riak ombaknya. Hari ini, kami tahu—Indonesia masih ada untuk Aceh.
Terima kasih Pak Presiden Prabowo, engkau hadir saat harapan hampir padam. Kami tidak lupa.
*Penulis adalah Ketua DPD Patriot Bela Nusantara (PBN) Aceh