Belakangan ini banyak terjadi kejadian-kejadian yang memicu pada kriminal/pelemparan mobil, rumah, pembakaran dan penggergajian balai pengajian dan pelemparan orang yang berzikir akibat adanya kesalahapahaman terhadap Majelis Pengkajian Tauhid Tashawuf (MPTT) yang dipimpin Abu H Amran Waly.
Seperti yang terjadi di Kluet Utara (Aceh Selatan), Aceh Timur, dan Matang Geulumpang Dua (Bireuen). Bahkan sampai mendakwakan murtad dan kafir pada sebahagian umat Islam/MPTT karena kurang memahami penyampaian daripada Syeikh Abdul Karim Al-Jily yang tersebut di dalam kitabnya Insan Kamil dan lainnya.
Pihak-pihak yang menolak pengkajian tauhid tashawuf tidak memahami utuh tentang penyampaian Syeikh Abdul Karim Al-Jily dalam kitab Insan Kamil. Padahal, Abu H Amran Waly membuka selebar-lebarnya ruang diskusi yang disoalkan tersebut sehingga tidak berujung pada kekerasan.
Pada kitab Insan Kamil disebutkan:
– Allah Rabbun, Muhammad Abdun pada Syariat
– Allah Zat, Muhammad Sifat pada Thariqat
– Allah Ruh, Muhammad Jasad pada Hakikat
– Allah Muhammad pada Ma’rifat.
Padahal, sambung dia, Syeih Abdul Karim Al-jily sebagaimana ulama-ulama shufi lainnya baru dikatakan Islam sempurna adalah mereka yang memahami syari’at dan mengamalkan dengan baik, dan juga thariqat, haqiqah agar ingatan hati kita bersama Allah di mana kita berada.
Haqiqah supaya kita dapat memandang wujud Allah karena keberadaan kita terkait dengan keberadaan Allah. Ma’rifat adalah hilang kita di dalam wujud Allah, meliputi Ihathah wujud Allah pada sekalian yang maujud, Qayyumiyah haq pada alam semesta.
”Wallahu muhithun bil alamiin” Allah meliputi dengan sekalian Alam.
Ada yang maujud ini/Alam adalah istifadhah/wujudnya adalah limpahan daripada wujud Allah, wujud Allah berdiri sendirinya, wujud alam dan makhluk ini berdiri dengan Allah.
“Ini adalah penyampaian dari Syeikh Abdul Karim Al-jily, oleh saya sendiri membenarkan pendapatnya sebab ulama – ulama besar di dunia, seperti syeikh Abdusshamad Al-Palembani dan lainnya mengakui keabsahan kitab insan kamil Syeikh Abdul karim Al-Jily, bukan seperti dakwaan dari pada kebanyaan umat Islam di Aceh, baik ulama, masyarakat biasa “Bahwa Allah Muhammad pada ma’rifat berarti Allah telah menjadi Muhammad, maka kita telah menyembah Muhammad bukan lagi menyembah Allah, maka hukumnya kafir” karena mereka tidak faham tafsir isyari bahwa wujud Allah lhathah pada Muhammad sehingga hilang Muhammad di dalam wujudnya, karena wujud Muhammad adalah limpahan dari pada wujud Allah.
Adakah Anda dapat membaca kitab Tanbihul Maasyi Syeikh Abdurrauf As-Singkily mengatakan yang maujud terabagi dua:
1. Wujud Istiqlal/wujud yang berdiri sendirinya yaitu Allah
2. Wujud istifadhah/wujud makhluk limpahan dari pada wujud Allah
Begitu juga penyampaian dari pada Syeikh Abdul karim Al-Jily, mengembalikan dhamir Huwa dalam surat Al-ikhlas Kepada “Anta” dalam kata-kata “Qul” bahwa insan itu Allah. Yang dimaksud adalah insan yang telah fana wujudnya untuk dia bermarifat agar dia dapat bersama Allah.
Bilamana pandangan kita hilang wujud kita dalam wujudNya maka kita bersama Allah di dalam berma’rifat.
Ini adalah ajaran keshufian, jangan Anda bermakrifat dalam aqidah saja untuk membedakan sifat-sifat qadim dengan sifat-sifat yang baharu, tetapi anda harus berma’rifat keshufian bahwa tidak ada yang baharu/hilang dan hancur yang baharu bilamana ada yang qadim, karena yang baharu asalnya qadim, jangan anda menganggap itu ittihad dan hulul karena antara Khaliq dan makhluk tidak bisa bertempat dan tidak bersatu karena khaliq itu qadim dan makhluk itu baharu.
Maka ini penyampaian yang disampaikan kepada seluruh ulama-ulama Aceh dan pimpinan-pimpinan organisasi di Aceh. Saya ini (Abu H. Amran Waly) tidak mengajarkan Kitab Insan Kamil tapi membenarkan apa yang ada dalam Kitab Insan Kamil. Karena menjawab pertanyaan beberapa murid kepada saya seorang alim bukan orang bodoh.
Wahai ulama-ulama dan Tgk-Tgk belajarlah thariqat shufi, thariqat yang bisa membawa kepada haqiqat dan ma’rifat agar anda dapat martabat yang tinggi sebagaimana Syeikh Abdurrahman Al-Akhdhari mengatakan ”Kahabbadza thariqatu sufiyyah.. Tahdi ila martabatil aliyyah”. Alangkah baik thariqat shufi dapat membawa kepada martabat yang tinggi yaitu ma’rifat dan akhlak yang bagus.
Sekarang Aceh, baik pemerintah, ulama dan masyarakat biasa masih bersarang pada bathinnya kesombongan dan sifat-sifat akhlak yang jelek dimana-mana makanya Aceh tidak dapat kondusif aman dan sejahtera.
*Penulis ulama kharismatik Aceh dan Pimpinan Pusat MPTT Dunia