Saatnya Barsela Bangkit, Pemerataan Pembangunan Bukan Lagi Mimpi
Dari sawah, ladang nilam, kebun sawit hingga tanaman rempah, Barat Selatan Aceh kaya akan sumber hayati yang beragam.
Tidak hanya daratan, garis pantai Barsela yang panjang menyimpan potensi perikanan laut yang melimpah. Kombinasi pertanian, perkebunan, dan perikanan menjadikan kawasan ini kandidat kuat lumbung pangan dan komoditas ekspor Aceh.
Jika dikelola terpadu dari hulu ke hilir, kekayaan ini diyakini bisa memberi nilai tambah besar bagi ekonomi daerah. Beberapa infrastruktur pendukung mulai tersedia: Pelabuhan Calang di Aceh Jaya, misalnya, telah dibangun dan bahkan pernah dipakai mengekspor minyak sawit mentah langsung ke India.
Demikian pula Pelabuhan Teluk Surin di Abdya tengah dirintis sebagai kawasan industri terpadu untuk memecah kebuntuan akses ekonomi Barsela yang selama ini harus mengandalkan pelabuhan luar daerah. Kondisi terkini menunjukkan adanya upaya membuka isolasi Barsela, namun potensi penuh wilayah ini masih menanti sentuhan kebijakan yang serius agar kekayaan alam tidak lagi sekadar menjadi potensi di atas kertas.
Meski alamnya kaya, sektor pertanian dan perkebunan Barsela menghadapi tantangan nyata di lapangan. Sejumlah permasalahan struktural telah lama menghambat kemajuan sektor ini:
Infrastruktur Minim: Jalan rusak, transportasi terbatas, dan listrik belum merata menjadi keluhan utama petani. Hasil panen dari pedalaman Aceh Barat Daya atau Simeulue kerap sulit dipasarkan cepat karena akses jalan dan pelabuhan yang kurang memadai.
Contohnya, di Simeulue dan Singkil distribusi hasil bumi lambat dan mahal akibat transportasi laut yang belum optimal. Infrastruktur dasar yang tertinggal membuat biaya logistik tinggi dan daya saing produk pertanian menurun.
Teknologi & Modal Terbatas: Pertanian Barsela masih didominasi cara tradisional skala kecil. Minimnya adopsi teknologi modern dan sulitnya akses permodalan membuat produktivitas lahan rendah.
Banyak petani masih mengandalkan cangkul daripada traktor, mengakibatkan hasil panen kurang optimal.
Diversifikasi usaha tani juga minim; ketergantungan pada komoditas tunggal membuat petani rentan saat harga jatuh. Sebagai contoh, anjloknya harga TBS kelapa sawit atau gabah akan langsung memukul pendapatan karena petani tak punya alternatif sumber penghasilan.