Solusi Atasi Hidup Susah, Angkat Kesulitan Orang Lain
Kata raqabah dalam ayat di atas, banyak diartikan dengan budak atau hamba sahaya, sehingga ditafsirkan untuk keluar dari kesulitan seseorang harus mencari seorang budak dan memerdekannya. Kalaulah hari ini untuk keluar dari kesulitan mesti memerdekan seorang budak, maka hal ini nyaris mustahil, karena sangat susah menemukan budak zaman ini, karena perbudakan di belahan dunia manapun sudah dihapuskan.
Imam Qurtubi menafsirkan ayat fakku raqabah dalam Tafsir al Jami’ lil Ahkamil Qur’an dengan beberapa makna, diantaranya memerdekakan seorang budak, menyedakahkan sebagian harta yang telah memperbudak pemiliknya dan melepaskan diri dari belenggu nafsu yang memperbudak manusia.
Imam Thabrani dalam at Tafsir al Kabir menjelaskan, makna fakku raqabah dengan makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu ketika seseorang mampu melepaskan dirinya dari belenggu nafsu tercela yang membebani dirinya dengan berbagai ibadah yang mengantarkannya kepada surga Allah Swt.
Dari dua tafsir itu dipahami fakku raqabah dengan melepaskan diri dari belenggu nafsu yang tercela. Hawa nafsu yang tercela adalah musuh manusia yang akan membelengu manusia dan memberikan kesulitan dalam hidup.
Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin memberikan penjelasan, bahwa nafsu penting diinternalisasi. Nafsu tidak mungkin dihilangkan dari diri manusia. Bahkan, nafsu itu sendiri adalah motor penggerak kehidupan. Maka hal yang paling mungkin bisa dilakukan adalah mengendalikan nafsu dan menahan diri agar tidak dikuasainya.
Selanjutnya, Imam al Ghazali memberikan analogi nafsu seperti kuda binal yang liar, maka ada tiga cara mengendalikannya, pertama, mengekang atau mencegah keinginan (man’us syahwat). Kuda yang binal akan tak berdaya jika dikurangi makannya. Ini tentu saja hanyalah sebuah perumpamaan.
Poinnya ada pada pengendalian diri yang bersifat internal. Manusia kerap memprioritaskan keinginan meski sesungguhnya itu bukanlah kebutuhannya. Inilah sesungguhnya cikal bakal melahirkan kesulitan pada diri manusia. Nafsu, karenanya, harus terlebih dahulu dikendalikan dengan cara mengekang keinginan.