BANDA ACEH — Mahasiswa lulus tanpa harus menyelesaikan tugas akhir (skripsi) bukanlah suatu angan-angan. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) melakukan yudisium lebih dari 190 mahasiswa dan meluluskan salah satu mahasiswanya dengan tidak menyelesaikan kewajiban tugas akhir.
Zarfan Fawwaz Muhamad, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter tahun 2020. Mendapatkan penghargaan dari FK USK untuk tidak menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menjadi lulusan strata satu (S1).
Hal ini bukan sekadar ‘hadiah’, melainkan didasari atas keinginan kuat, doa dan usaha yang dilakukan.
Bermula ketika orientasi mahasiswa baru tahun 2020, Alumni FK USK, dr Imam Maulana memberikan pengalaman mendapatkan penghargaan ‘bebas skripsi’ yang didapat setelah mendapatkan medali emas pertama untuk Aceh dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 di Universitas Udayana Bali pada 2019.
“Perasaan saya sangat menggebu supaya bisa mendapatkan penghargaan seperti itu, dan momen tersebut masih saya ingat saat masa orientasi secara daring,” tutur Zarfan, Jum’at (2/2/2024).
Tahun 2021, percobaan peruntungan ia coba dengan mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kepada Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk mengembangkan Rekam medis digital terintegrasi. Hasilnya buntung, Zarfan gagal seleksi tingkat universitas.
Evaluasi dilakukan dengan melihat berbagai sudut pandang, ia juga berkonsultasi pada seniornya di FK yang lulus dalam ajang PIMNAS.
Pada tahun 2022, kakak tingkat, Adinda Zahra Ayufi Ramadhani, mengajaknya berpartisipasi sebagai anggota tim dari PKM-nya dari bidang Karsa Cipta (KC) dengan membuat alat detektor derajat keparahan COVID-19 dengan mobile phone telemedicine asynchronous (G-COV).
Program tersebut mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek dan berhasil menciptakan prototipe fungsional.
Dengan dibimbing oleh Dr dr Budi Yanti SpP(K), Zarfan mengajukan kembali proposal PKM-KC dengan ide menciptakan sebuah alat Endoskop Oral Mucosal Lung Damage (EMERALD) yang dapat mendeteksi dugaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik dari gambaran luka di mulut akibat merokok dengan kecerdasan buatan.
Tim terbentuk atas lima mahasiswa dari tiga program studi berbeda, Zarfan Fawwaz Muhamad (Kedokteran), Teuku Fais Duta (Kedokteran), Sherina (Kedokteran Gigi), Irmayani (Teknik Elektro), Muhammad Iqbal Maulana (Teknik Elektro).
Bersama timnya, ia berhasil memecahkan rekor yaitu meraih medali emas kedua untuk Aceh, USK, dan Fakultas Kedokteran di ajang mahasiswa paling bergengsi, PIMNAS ke-36 di Universitas Padjajaran Bandung pada November 2023.
Prestasi tersebut terbilang mengesankan sekaligus mengejutkan, mengingat empat tahun ‘puasa’ mendapat medali di ajang PIMNAS. Tidak hanya itu, melalui program ini ia juga mempresentasikan karya ilmiah di konferensi Internasional.
“Kami telah mempresentasikan alat detektor kami pada International conference Aceh surgery Update Meeting dan mendapatkan penghargaan sebagai presentan terbaik ke-2 dari keseluruhan peserta bergelar dokter,” ungkapnya.
Selain itu, Zarfan juga memasukkan hasil temuannya pada tulisan ilmiah Jurnal Respirologi Indonesia.
“Penghargaan bebas skripsi diberikan langsung oleh pihak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Mungkin bukan sekadar mendapatkan medali, melainkan ada pertimbangan tambahan yang menjadi landasan diberikan penghargaan ini,” begitu ujar Zarfan.
Ia lulus dengan kurun waktu 3,5 tahun, dan akan melanjutkan pendidikan profesi dokter pada pertengahan Maret ini.
Selama menempuh perkuliahan, ia dikenal sebagai seorang asisten dosen, ketua angkatan, dan aktif di berbagai organisasi baik didalam maupun diluar kampus. Cita-cita dan nilai-nilai keilmuan dunia dan akhirat mendorong ia untuk bertumbuh dan berkembang membuat inovasi terbarukan. (IA)