Kepala SMA Modal Bangsa Minta Maaf Imbas Pengeroyokan Siswa, 21 Pelaku Diskors, Kepala Asrama Dicopot
ACEH BESAR – Imbas kasus pengeroyokan sesama siswa yang terjadi di SMA Negeri Modal Bangsa Aceh Besar beberapa waktu lalu, Kepala Asrama sekolah unggul itu kini telah dicopot.
Kepala Sekolah SMA Negeri Modal Bangsa Aceh Misra SPd MPd, meminta maaf atas kejadian pengeroyokan terhadap salah satu siswa di sekolah itu.
“Usai pengeroyokan, beberapa hari lalu kami telah menonaktifkan kepala asrama Pak Bukhari, yang diganti oleh Ustaz Yusaifi,” ujar Misra yang memberikan keterangan tertulis, Senin (4/9).
Dia mengatakan manajemen sekolah tetap berusaha agar persoalan ini menjadi pelajaran bagi semua pihak.
“Kami tetap memperhatikan psikologis anak-anak. Saya berkeyakinan mereka adalah anak yang baik dan berhak untuk kita didik. Saya berdiskusi dengan pihak Dinas Pendidikan Aceh, komite sekolah, dan seluruh orang tua yang terlibat untuk mendapatkan solusi terbaik dari persoalan ini,” kata Misra.
Misra mengatakan kejadian tersebut bermula saat sejumlah siswa yang lebih tua di sekolah itu memeriksa kelengkapan kitab yang digunakan adik-adik mereka untuk mengaji.
Karena siswa F tidak membawa kitab, maka yang bersangkutan diingatkan agar tidak mengulangi kesalahan itu.
Namun siswa F tidak terima diingatkan. Misra mengatakan peristiwa itu menjadi pemicu pemukulan terhadap siswa F.
Apalagi, kata Misra, siswa F kerap membuat jengkel para senior karena melanggar banyak aturan, salah satunya adalah kabur dengan melompati tembok sekolah.
Meski bermasalah, kata Misra, pihaknya tetap tidak mentolerir tindakan pengeroyokan itu. Karena itu, Misra memberikan sanksi tegas terhadap siswa yang terlibat dalam kekerasan itu.
“Sanksi yang kami berikan terhadap 21 siswa itu adalah skors. Mereka juga diwajibkan untuk menghafal surat Al Mulk. Mereka juga diminta untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi tindakan tersebut kepada siapa saja,” sebut Misra.
Dalam perjanjian itu, kata Misra, mereka juga tidak bakal mendapatkan nilai tambahan, tidak bakal menerima undangan masuk ke perguruan tinggi, dan bersedia dikeluarkan jika mengulangi hal yang sama.
Misri mengatakan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh Syarwan Joni, memantau situasi ini sejak peristiwa itu terjadi.
Bersama-sama, mereka memberikan nasehat kepada semua murid mulai dari kelas 10 sampai 12.
Pertemuan-pertemuan itu, kata Misra, dihadiri juga oleh komite sekolah, alumni angkatan pertama sampai terakhir. Sekolah juga mengundang psikolog untuk memotivasi kembali ke anak-anak, pelaku dan korban pemukulan.
“Dari setiap langkah ini, kami berupaya memberikan motivasi agar peristiwa itu tidak mengulangi lagi,” ungkap Misra.
Misra mengatakan, setelah kejadian itu, pihaknya mengawasi lebih ketat aktivitas siswa di sekolah asrama itu dengan menambah jumlah guru piket.
Manajemen sekolah, kata Misri, juga mengagendakan pertemuan orang tua pelaku dan orang tua korban sebagai upaya rekonsiliasi.
“Sayang, sejumlah pertemuan itu tidak menemukan titik temu,” kata Misri. Bahkan setelah laporan ke polisi dibuat, pihak sekolah berusaha untuk tetap menyelesaikan persoalan ini lewat jalur kekeluargaan.
Misri juga mengatakan orang tua 21 siswa yang terlibat malam itu sepakat untuk menanggung seluruh biaya pengobatan. Termasuk dengan membuat peusijuek atau tepung tawar untuk mengembalikan semangat siswa F.
Tapi seluruh upaya ini tidak membuat orang tua siswa F melunak. Bahkan orang tua siswa F mengadukan peristiwa itu ke kepolisian.
“Pada 26 Agustus 2023 pihak sekolah memanggil orang tua pelaku sejumlah 21 orang untuk bermusyawarah dalam rangka mencari solusi terbaik dari permasalahan ini. Ke-21 orang tua pelaku merespon dengan baik pertemuan ini dengan kesepakatan akan bersilaturahmi ke kediaman korban, dan bersedia memberikan biaya kompensasi terhadap korban. Setelah dikonfirmasi dengan orang tua korban hasil kesepakatan dengan orangtua pelaku ditolak,” jelasnya.
Seharusnya orang tua siswa F, kata Misra, memberikan kesempatan yang sama kepada 21 siswa seperti kesempatan yang diberikan kepada siswa F. (IA)