BANDA ACEH — Kegiatan Madrasah for Religion, Sport, Art, and Language X (MARSSAL ke-10) di MTsN 1 Model Banda Aceh yang berlangsung sejak 29 Januari 2024 berakhir dan resmi ditutup pada Kamis (1/2/2024).
Pada perlombaan tersebut, MIN 6 Model Banda Aceh kembali meraih juara umum untuk ketiga kalinya berturut-turut dan berhak memiliki piala bergilir secara tetap.
Posisi juara umum diraih MIN 6 Model Banda Aceh dengan meraih 22 poin yang merupakan nilai tertinggi dari peserta lain.
Menyusul posisi juara kedua diraih oleh MIN 5 Ulee Kareng, Banda Aceh dengan perolehan poin 13.
Sedangkan di peringkat ketiga diraih oleh MIN 20 Tungkop, Aceh Besar dengan perolehan poin 9.
Kegiatan MARSSAL ke-10 ditutup oleh Kakankemenag Kota Banda Aceh Salman Arifin dan dihadiri Ketua DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar.
Kepala MIN 6 Model Banda Aceh Hilmiyati SAg MA menyatakan rasa syukur atas keberhasilan meraih juara umum Marssal 10 MTsN Model Banda Aceh.
“Alhamdulillah tahun ini MIN 6 Model Banda Aceh kembali meraih juara umum Marssal ke 10. Semoga dengan raihan prestasi ini bisa menambah semangat kita semua dalam memberikan kontribusi kepada madrasah ini serta bisa memotivasi peserta didik lainnya.
Dan juga official MIN 6 Model Banda Aceh tetap solid dan bersinergi untuk merekrut murid-murid yang memiliki kompetensi di bidangnya dalam ajang lomba tingkat provinsi dan nasional ke depan,” terangnya.
Sementara Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh Farid Nyak Umar saat menghadiri penutupan MARSSAL ke-10 di MTsN 1 Model Banda Aceh, mengapresiasi penyelenggaraan kompetisi antar siswa madrasah dan sekolah tersebut.
Farid berharap kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari itu melahirkan output positif kepada peserta didik di sekolah MTsN maupun generasi Aceh.
Farid mengatakan, MARSSAL ke-10 merupakan sebuah ajang yang memadukan kompetisi sains antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama.
Ia juga menyatakan, penting bagi anak-anak madrasah bukan hanya pintar dan cerdas dalam beragama akan tetapi mereka juga perlu ditempa dan melek dengan sains dan teknologi.
Sebab berabad silam dahulu para penemu teori di berbagai ilmu pengetahuan banyak lahir dari cendikiawan muslim. Sebut saja mereka, Ibnu Sina, Al Farabi, Al Khindi, Al Jabar, Ibnu Haytam dan lain sebagainya.
“Ke semua mereka para peletak pondasi peradaban muslim di bidang keilmuan, yang hari ini perlu kita bangkitkan kembali melalui generasi Aceh ini hingga di kenal seluruh dunia,” katanya.
Farid mengajak generasi Aceh untuk terus belajar dan memahami ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan Allah akan meninggikan derajat seorang muslim.
Ia juga mengajak siswa MTsN model agar terus memiliki kapasitas kapabilitas dan skill khusus di tengah arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan cara mendulang berbagai prestasi.
Salah satunya dengan menguasai bahasa. Karena bahasa merupakan jendela dunia. Kunci menggengam dunia adalah dengan bahasa.
Hari ini bahasa yang diakui di dunia bahasa Inggris, mandarin, dan bahasa Arab. Jika salah satu bahasa itu dikuasai makan itu sudah menjadi modal bagi siswa menjelajah dunia.
“Jangan pernah lelah belajar menggapai cita-cita setinggi-tingginya, kompetisi MARSSAL ini langkah awal sekaligus motivasi bagi adik-adik tetap bersemangat menuntut ilmu hingga membuat bangga orang tua.
Tetap semangat, ikhtiar dan dibarengi doa insya Allah siswa-siswa MTsN Model menjadi Model bagi madrasah-madrasah lain di kota Banda Aceh bahkan Aceh,” pungkasnya. (IA)