Infoaceh.net, BANDA ACEH – Mutu pendidikan di Aceh saat ini sedang mengalami krisis kualitas setelah 20 tahun tsunami dan 19 tahun berakhir konflik bersenjata.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Aceh Aceh Dr Muhammad Anis MSi pada kegiatan Refleksi Akhir Tahun Sektor Pendidikan Aceh 2024 pada Sabtu, 21 Desember 2024, di aula Dinas Pendidikan Aceh.
Acara ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi capaian sektor pendidikan sepanjang tahun sekaligus menyusun strategi pendidikan Aceh ke depan.
Diskusi refleksi ini menghadirkan sejumlah pembicara, termasuk mantan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Dr Anas M Adam MPd, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Marthunis dan Kepala BPMP Aceh Dr Muhammad Anis.
Muhammad Anis menyampaikan bahwa pendidikan di Aceh menghadapi krisis kualitas yang serius. Data menunjukkan hampir 70% siswa Indonesia, termasuk di Aceh, berada di bawah standar kompetensi literasi yang diharapkan.
Untuk itu, program Merdeka Belajar menjadi langkah strategis dalam memperbaiki kualitas pendidikan.
Anis juga menekankan pentingnya pengelolaan data pendidikan yang lebih akurat, serta pemanfaatan teknologi, seperti 39.085 unit Chromebook, yang masih belum optimal.
Di samping itu, ia juga menyuarakan komitmen untuk meningkatkan pendidikan inklusif di Aceh.
Dr Anis juga mengingatkan bahwa meskipun Aceh sering menghadapi bencana alam yang mengganggu proses belajar mengajar, upaya pemulihan yang cepat tetap dilakukan.
Ia menegaskan perlunya peningkatan pemahaman tentang kebijakan pendidikan di tingkat sekolah, terutama terkait penanganan kekerasan dan masalah lainnya agar dapat diterapkan dengan lebih efektif.
Yarmen Dinamika yang memandu acara diskusi mengatakan, refleksi tersebut merupakan inisiatif Marthunis untuk menghadirkan evaluasi yang komprehensif terhadap sektor pendidikan di Aceh.
“Kita berharap ke depannya pendidikan Aceh dapat masuk dalam 10 besar nasional,” ujar Marthunis.
Dalam refleksinya, Dr Anas M Adam mengenang masa-masa sulit pendidikan Aceh di era konflik. Ia menyoroti inovasi Pemerintah Aceh, seperti kelas istimewa pada masa Gubernur Syamsudin Mahmud, yang berhasil membawa pendidikan Aceh masuk dalam jajaran 10 besar nasional.
Ia menegaskan pentingnya masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Marthunis, dalam paparannya, menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan melalui pengembangan kompetensi guru.
Hal ini, katanya, dilakukan melalui asesmen dan pelatihan berkelanjutan. Ia juga memaparkan data terkait angka putus sekolah, lulusan vokasi, dan alokasi anggaran pendidikan Aceh.
“Kami sangat berharap masukan dan kritik dari berbagai pihak untuk bersama-sama membangun pendidikan Aceh yang lebih baik,” ujar Marthunis.
Acara refleksi ini turut dihadiri berbagai tokoh pendidikan, mantan kepala dinas, anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), pengawas sekolah, kepala sekolah, rektor universitas, pengamat pendidikan dan insan pers.
Dinas Pendidikan Aceh melalui refleksi ini berkomitmen menghadirkan pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi seluruh masyarakat. Evaluasi dan masukan yang didapat diharapkan menjadi pijakan penting dalam menyusun langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan Aceh ke depannya.