Banda Aceh — Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) sepakat untuk saling berkolaborasi dalam pelaksanaan dan penguatan tridarma perguruan tinggi.
Hal ini tertuang dalam nota kesepahaman yang ditandatangani Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng dan Rektor ITK Prof Ir Budi Santosa, MS Ph.D yang dilakukan secara virtual dari dua lokasi berbeda, Banda Aceh dan Balikpapan, Selasa (17/11).
Prof Budi mengatakan penandatanganan ini merupakan kebanggaan baginya karena dapat bekerja sama dengan Unsyiah yang merupakan salah satu kampus tertua di Indonesia yang telah berhasil mencapai banyak keberhasilan.
Salah satu yang ingin dipelajari adalah pengembangan hasil riset dengan mengandalkan sumber daya lokal, seperti minyak atsiri nilam.
Menurutnya, Unsyiah telah berhasil membangkitkan kembali produk nilam sehingga dapat bersaing di pasaran.
“Unsyiah berhasil mengembangkan hilirisasi dan industri nilam sehingga menghasilkan produk yang diterima di pasaran,” ujar Prof. Budi.
Ia juga berharap para mahasiswa dan tenaga pengajar di kedua universitas ini dapat saling bekerja sama dan berkolaborasi demi memajukan pendidikan di Indonesia.
Sementara Prof. Samsul menyambut baik kerja sama antara dua perguruan tinggi yang berada di ujung Sumatera dan Kalimantan ini. Ia ingin kerja sama ini dapat memberikan keuntungan bagi bangsa dan negara, serta menghasilkan penelitian yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat.
Salah satu bentuk kerja sama yang ditawarkan Unsyiah kepada ITK adalah pengembangan minyak atsiri dan riset kebencanaan.
Melalui Atsiri Research Center (ARC) dan Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Unsyiah akan membantu ITK mengembangkan penelitian dan keilmuan. Terlebih lagi, kedua pusat riset ini telah diakui menjadi Pusat Unggulan IPTEK (PUI) binaan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Menurut Prof Samsul, Kalimantan memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman nilam maupun tanaman jenis lain yang menghasilkan minyak atsiri. Unsyiah lanjutnya, siap untuk memberikan dan membantu penelitian terkait pengembangan tersebut.
“Beberapa penelitian atsiri yang telah dilakukan Unsyiah dapat diadaptasi dengan kondisi di Kalimantan,” jelas Prof. Samsul.
Selain pengembangan atsiri, Prof Samsul juga menawarkan kerja sama dalam mitigasi bencana. Terlebih lagi saat ini, Unsyiah telah memiliki alat uji triaxial yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur tanah dan bangunan.
Alat ini menurutnya tidak semua dimiliki oleh universitas di Indonesia dan menjadi andalan bagi laboratorium kebencanaan Unsyiah.
Kegiatan penandatanganan MoU ini turut dihadiri para wakil rektor, dekan, dosen di lingkungan Usnyiah dan ITK. Dalam kegiatan ini juga berlangsung diskusi webinar tentang peningkatan mutu pendidikan. (IA)