Aktivis Perludem: Pemilu 2024 Paling Rumit, Rentan Politik Transaksional
Untuk itu, mahasiswa harus cerdas dalam memilih karena kulaitas yang baik akan lahir dari pemilih yang cerdas.
“Lihat pogram kerja dari pada calon, bukan memlih berdasarkan faktor suka atau tidak suka secara personal,” imbaunya.
Mirza Franzikri MSi, Dosen Ilmu Administrasi Negara pada FISIP UIN Ar-Raniry mengatakan, potensi konflik muncul pada tahap pra, hari “H” pemungutan suara dan pasca Pemilu.
Pada tahap pra Pemilu, jelas dia, potensi konflik dapat muncul saat rekruitmen penyelenggara, pengolahan data pemilih dan penyelahgunaan Wewenang penyelenggara.
Pada tahap pemungutan suara potensi konflik muncul karena hoaks, money politic, intimidasi, mobilisasi massa, dan manipulasi data.
Sedangkan pada tahap pasca Pemilu, potensi konflik dapat muncul saat rekapitulasi suara, intervensi kekuasan, kerusuhan, dan polarisasi sosial.
“Di sini, peran mahasiswa dibutuhkan untuk mendeteksi secara dini potensi perpecahan, menghimbau untuk selalu menjaga kerukunan dan ketertiban. Siaga dan waspada terhadap potensi konflik dan senantiasa berkoordiansi dengan intansi terkait,” sebut Mirza. (IA)