PPP Cari Ketum Pakai Radar Eksternal: Dari Mentan Amran, Dudung Abdurachman, sampai Sandi Uno
Surabaya, Infoaceh.net – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kini tampaknya mulai terbuka soal asal-usul calon pemimpin mereka.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy alias Rommy, secara gamblang menyebut bahwa kursi Ketua Umum (Ketum) tak lagi eksklusif untuk kader internal partai berlambang Kabah itu.
“Kalau calon ketum, kader sekarang ini sudah dalam posisi tidak mempersoalkan lagi internal atau eksternal,” kata Rommy di sela Rakorwil PPP Jawa Timur di Hotel Vasa, Surabaya, Ahad malam, 29 Juni 2025.
Tak tanggung-tanggung, Rommy menyebut setidaknya enam nama yang sudah masuk bursa Ketum PPP untuk periode mendatang. Dua di antaranya justru berasal dari luar partai.
Mereka adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan mantan KSAD Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman. “Ada nama Pak Amran Sulaiman yang dari eksternal, ada Pak Dudung, ya meskipun Pak Dudung,” ujar Rommy tanpa melanjutkan kalimatnya, seolah menyiratkan tafsir bebas kepada publik.
Sementara empat nama lainnya berasal dari internal PPP:
-
Sandiaga Uno – Mantan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP dan Menparekraf RI.
-
Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) – Wakil Gubernur Jawa Tengah, putra ulama kharismatik Mbah Moen.
-
Suharso Monoarfa – Eks Ketum PPP periode 2020–2022.
-
Muhamad Mardiono – Plt Ketum PPP saat ini yang masih digadang sejumlah DPW usai mendapat dukungan dari Papua dan NTT.
“Pak Mardiono masih kuat, kemarin didukung NTT, Papua. Kita lihat saja nanti peta akhirnya seperti apa,” lanjut Rommy.
Ia menegaskan bahwa ajang penentuan ini akan diputuskan pada Muktamar PPP yang dijadwalkan berlangsung di Bali pada 29 September hingga 1 Oktober 2025.
“Muktamar ini sangat krusial, karena akan menentukan arah dan langkah perjuangan PPP ke depan,” tegas Rommy, politisi yang sempat menjadi sorotan usai terseret kasus jual beli jabatan di Kemenag beberapa tahun lalu.
Meski terbuka untuk tokoh luar, PPP disebut tetap memegang prinsip seleksi ketat. Namun tidak sedikit pengamat menilai bahwa partai ini tengah mencari ‘magnet politik’ yang kuat untuk mendongkrak suara menjelang Pemilu 2029.
Sejumlah kalangan pun menyindir, langkah ini seperti upaya “sewa tokoh untuk branding”, sebuah strategi lama yang dibungkus dalam semangat regenerasi.
Publik kini menanti apakah PPP akan kembali pada akar ideologisnya, atau sekadar jadi kendaraan politik instan dengan tokoh lintas genre—dari jenderal, teknokrat, hingga menteri “sewaan”.