Sekolah Rakyat Gagasan Presiden Prabowo, Solusi Putus Rantai Kemiskinan
JAKARTA, Infoaceh.net — Anggota Komisi VIII DPR RI, Wardatul Asriah, menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Program ini dinilai sebagai upaya konkret pemerintah dalam menjamin hak dasar pendidikan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Pernyataan tersebut disampaikan Wardatul saat mengikuti Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI ke Sentra Pangudi Luhur, Kota Bekasi, Jumat (11/7), guna meninjau langsung kesiapan lokasi yang akan dijadikan Sekolah Rakyat.
“Presiden Prabowo menggagas pembangunan Sekolah Rakyat secara masif agar anak-anak dari keluarga tidak mampu mempunyai kesempatan mengenyam pendidikan gratis dan berkualitas,” ujar Wardatul.
Ia menegaskan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar rakyat yang telah diamanatkan dalam UUD 1945, dan Sekolah Rakyat merupakan bentuk implementasi nyata dari amanat tersebut.
Wardatul menjelaskan bahwa Sekolah Rakyat ditujukan khusus untuk pelajar dari keluarga miskin ekstrem agar mereka dapat mengakses pendidikan secara gratis dan bermutu. Ia menyebut Presiden Prabowo menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk memutus mata rantai kemiskinan.
“Bapak Prabowo menyadari bahwa pendidikan harus bisa memberikan ruang dan kesempatan yang sama kepada semua masyarakat yang tergolong tidak mampu untuk memutus mata rantai kemiskinan,” tambahnya.
Terkait mekanisme penerimaan siswa, Wardatul berharap agar proses rekrutmen tidak menimbulkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat, mengingat kuota siswa yang terbatas. Ia menyebut bahwa Kementerian Sosial sebagai pelaksana program menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), yakni Desil 1 dan Desil 2—kelompok 20 persen keluarga termiskin.
“Dalam penyaringan calon siswa Sekolah Rakyat, Kemensos berpatokan kepada DTSEN. Dua kriteria utama calon siswa Sekolah Rakyat adalah masuk dalam Desil 1, yaitu 10 persen keluarga termiskin menurut DTSEN. Lalu, masuk dalam Desil 2, yaitu 11–20 persen keluarga termiskin dalam DTSEN,” jelas Wardatul.
Ia juga menjabarkan bahwa kurikulum Sekolah Rakyat tidak hanya mencakup pendidikan formal, tetapi juga pendidikan karakter dan kegiatan kokurikuler. Pendidikan karakter dijalankan melalui sistem asrama, serta dikuatkan dengan nilai-nilai keagamaan.
“Dalam hal pendidikan karakter, selain memperkuat nilai-nilai kebangsaan, saya menekankan pentingnya pendidikan keagamaan untuk membentuk dasar kepribadian siswa, membekali mereka dengan nilai-nilai moral dan etika, serta dapat mendorong siswa untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas diri, baik dalam aspek spiritual maupun intelektual,” tegasnya.
Wardatul juga mengapresiasi fasilitas modern yang tersedia di Sekolah Rakyat Sentra Pangudi Luhur, seperti ruang kelas, asrama, kantin, tempat ibadah, dan sarana olahraga. Menurutnya, konsep terpadu ini mampu menciptakan lingkungan belajar yang fokus dan mendukung siswa dari latar belakang ekonomi sulit.
Ia menyoroti kehadiran teknologi digital di setiap ruang kelas, berupa tablet untuk siswa dan smart board untuk guru, sebagai wujud keseriusan pemerintah dalam menghadirkan pendidikan yang modern dan berkualitas.
“Ini membuktikan bahwa Sekolah Rakyat dipersiapkan dan dikelola dengan sangat baik. Dengan fasilitas terbaik yang diberikan kepada siswa Sekolah Rakyat, saya berharap dapat mendukung kualitas proses pembelajaran siswa. Ketika sebuah sekolah memiliki fasilitas yang lengkap dan berkualitas, dapat mempengaruhi suasana belajar, perkembangan akademik, serta kenyamanan mental dan fisik anak-anak,” tutup Wardatul.