Puasanya Para Sarjana, dari S1 Hingga S3
Oleh : Hasvi Harizi*
IMAM Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin menerangkan bahwa puasa merupakan dialektika dari keimanan dan kesabaran. Menurutnya ibadah puasa menempati seperempat dari bagian iman.
Penempatan tersebut merupakan representasi dari dua hadits Rasulullah SAW, yakni “puasa adalah setengah dari sabar” dan hadits “sabar adalah setengah dari iman”.
Kedua hadits tersebut tidak hanya menunjukkan bagian puasa dari iman tapi juga mengkorelasi antara puasa, sabar dan iman.
Berbicara mengenai ibadah puasa Ramadhan, sebagian ulama mengibaratkan dengan sebuah madrasah atau jami’ah (universitas). Di universitas ini, mahasiswa belajar banyak hal tentang berhubungan dengan Allah dan dengan manusia.
Mereka dituntut membersihkan jiwa dengan sebening-beningnya agar bisa menjadi insan yang saleh secara individual dan sosial.
Menariknya, madrasah ini juga memiliki kurikulum universal yang berisi KI dan KD. Adapun yang menjadi Kompetensi Inti (KI) adalah surat Al-Baqarah ayat 183 “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Sedangkan yang menjadi Kompetensi Dasar (KD) adalah peserta didik diwajibkan mengenal dan melaksanakan wajib puasa, syarat puasa, rukun puasa, sunah puasa, makruh dilakukan saat puasa dan hal yang membatalkan puasa.
Selanjutnya keistimewaan dari universitas ini, adalah dosen dan mahasiswa langsung merangkap pada diri sendiri. Diri-sendiri lah yang belajar dan diri sendiri juga yang mengajar.
Tentunya dalam mengajar dan belajar mereka dituntut merujuk kepada kurikulum yang sudah diberikan. Karena itu baik buruk kualitas diri sangat tergantung pada diri sendiri.
Dalam hal penyediaan jenjang pendidikan, universitas ini juga tidak kalah dengan universitas lain. Kampus bernama Ramadhan ini juga menyelenggarakan tiga jenjang pendidikan.
Mulai dari jenjang sarjana pada strata satu (S1), magister pada strata dua (S2) dan doktor pada strata tiga (S3).
Hanya saja kampus Ramadhan ini tidak berpatokan kepada waktu atau lama belajar, akan tetapi lebih pada kematangan diri dalam menghadapi hawa nafsu.