Banda Aceh – Anggota DPR RI asal Aceh, M. Nasir Djamil mengharapkan buku “Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb” dapat menjadi pedoman bagi berbagai pihak sebagai jalan memperbaiki Aceh khususnya dan umat Islam umumnya.
“Umat Islam saat ini bukan di jalan tengah, tapi berada di tengah jalan. Itulah mengapa kita perlu membumikan gagasan Islam Wasathiyah yang disampaikan Tu Sop Jeunieb,“ ujar Nasir Djamil pada acara bedah buku “Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb” di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh, Selasa (24/11).
Selain Nasir Djamil, sejumlah tokoh lainnya didapuk untuk membedah buku karya Dr Tgk Teuku Zulkhairi, MA tersebut yakni Guru Besar UIN Ar-Raniry Prof Dr Syamsul Rijal, M.Ag, jurnalis dan sastrawan Aceh Thayeb Loh Angen dan Kadis Pendidikan Dinas Dayah Aceh Usamah El-Madny yang dimoderatori jurnalis Aceh, Muhajir Juli.
Menurut Nasir, Islam Wasathiyah ini adalah Islam jalan tengah. Memberikan solusi. “Kita perlu memberikan apresiasi atas karya ini karena menggambarkan bagaimana upaya Ayah Sop untuk menunjukkan jalan tengah di tengah fenomena ekstrim kanan dan ekstrim kiri,” kata Nasir menambahkan.
Sementara pembedah lainnya, Prof Dr Syamsul Rijal, M.Ag memberikan sejumlah masukan agar dalam buku ini dapat memuat setting sosio kultural yang mendasari pemikiran Tu So Jeunieb misalnya seperti guru-guru beliau, keluarga, pendidikan dan termasuk kitab-kitab yang dibaca Tu Sop harus ditulis. Karena dari situ akan diketahui bagaimana pemikiran Tu Sop yang wasathiyah dapat terbentuk.
Prof Syamsul juga menjelaskan, dari buku ini dapat menggambarkan kontruksi pemikiran Tu Sop yang menyeru kepada persatuan umat dan kembali kepada tradisi Rasulullah SAW, yaitu senantiasa mengedepankan akhlak.
“Dari buku ini kita juga memahami equelibirium kepentingan dunia dan ukhrawi serta penolakan akan segala penyimpangan. Harapan dari sini adalah terwujudnya transfromasi nilai dengan terwujudnya perubahan yang nyata, pencerahan dan substansi,” ujar Prof Syamsul.
Thayeb Loh Angen, menyarankan supaya ada kurikulum politik di dayah-dayah di seluruh Aceh.
“Mata pelajaran politik penting dimasukkan di dalam kurikulum dayah, supaya ke depan lulusan dayah dapat bersikap mandiri dalam berpolitik, tidak digiring ke sana sini oleh politisi,” kata Thayeb.
Sementara itu, Teuku Zulkhairi sendiri saat memberikan tanggapan di akhir acara menyebutkan bahwa semangat utama melahirkan buku ini karena menemukan bahwa teori-teori Islam Wasathiyah yang banyak ditulis para ulama, seperti Syekh Yusuf al-Qardhawy pada kenyataannya dapat diterjemahkan oleh Tu Sop Jeunieb. (IA)