Asyura, Tragedi Karbala, dan Sentimen Umayyah terhadap Ahlul Bait
Membongkar propaganda sejarah membuat kita melihat lebih jernih siapa yang berpihak pada kebenaran. Karbala bukan sekadar masa lalu, tapi cermin dalam menyikapi kekuasaan dan keadilan hari ini. Sebab narasi sejarah tak pernah bebas nilai. Ketika penguasa menguasai pena, kebenaran bisa dibengkokkan.
Mengenang Asyura dengan kesadaran sejarah adalah perlawanan terhadap narasi zalim. Ahlul Bait bukan sekadar korban, tapi juga simbol keberanian dan keadilan. Karbala mengajarkan kita menjaga nurani, menolak penindasan, dan membela yang lemah di tengah manipulasi simbol dan jargon kekuasaan yang menyesatkan.
Asyura tidak akan pernah usang. Selama masih ada ketidakadilan, selama masih ada pemutarbalikan fakta oleh rezim, maka semangat Karbala akan terus hidup. Al-Husain telah gugur, tetapi darahnya menjadi mata air yang tak pernah kering bagi mereka yang mencintai kebenaran dan membenci kezaliman.
Penulis : dosen filologi dan sejarah Islam Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta.