Bahaya Istidraj, Jebakan Nikmat dari Allah Menuju Kehinaan
Ahmad Riziani menjelaskan, untuk mengenali Istidraj, perhatikan beberapa tanda berikut.
Pertama, kenikmatan dunia semakin bertambah, tetapi keimanan semakin menurun, kemudahan hidup diperoleh meski terus bermaksiat, dan rezeki berlimpah, tetapi lalai dalam ibadah.
“Ciri lainnya, kekayaan bertambah, tetapi menjadi kikir, serta jarang diuji dengan kesulitan, tetapi semakin sombong,” tegasnya.
Syekh Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam Al-Hikam juga mengingatkan, “Takutlah pada perlakuan baik Allah di tengah durhakamu kepada-Nya, karena hal itu bisa jadi istidraj.”
Ahmad Riziani menegaskan, kenikmatan, baik materi maupun non-materi, amanah yang harus disyukuri. Syukur itu diwujudkan melalui lisan dengan memuji Allah, hati yang selalu mengingat-Nya, dan perbuatan yang mencerminkan ketaatan kepada-Nya, seperti bersedekah dan membantu sesama.
“Kerena itu, kita patut bercermin pada do’a Umar bin Khattab, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menjadi mustadraj (orang yang dilalaikan menuju kehancuran). Semoga kita selalu terjaga dari istidraj, semakin mendekat kepada Allah dalam syukur dan ketakwaan, serta menjadikan nikmat sebagai sarana mendapatkan ridha-Nya,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)