Beramal, Berilmu dan Bersedekah Tapi Jadi Orang Pertama Masuk Neraka
DI Hari Akhirat kelak, tiga orang menanti sidang dengan kepercayan diri yang sangat besar. Ketiganya yakin betul akan diputuskan menjadi penghuni surga oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Namun, pengadilan Allah jauh berbeda dengan pengadilan manusia. Allah Maha Tahu segalanya hal meski ukurannya sebesar zarrah. Allah pun memiliki sifat Maha Adil yang memutuskan setiap perkara tanpa zalim.
Tiga orang yang merasa menjadi calon penghuni surga ini pun tergelak. Mereka yang terdiri atas orang-orang saleh itu justru berakhir di neraka. Mereka diseret oleh malaikat dengan kasar ke dalam api neraka yang membara.
Apa gerangan yang terjadi? Rupanya mereka hanyalah saleh di pandangan manusia, namun tidak mentauhidkan Allah dalam niat amal mereka.
Orang pertama dipanggil menghadap Allah. Ia merupakan seorang pria yang mati syahid.
Si pria mengakui banyaknya nikmat yang diberikan Allah padanya. Allah pun bertanya, “Apa yang telah kau perbuat dengan berbagai nikmat itu?”
Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid,” ujarnya.
Allah pun menyangkalnya, “Kau telah berdusta. Kau berperang agar namamu disebut manusia sebagai orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian,” firman-Nya.
Mujahid itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka jahannam.
Orang kedua pun dipanggil. Ia merupakan seorang alim ulama yang mengajarkan Alquran dan ilmu kepada manusia. Seperti orang pertama, Allah bertanya hal yang sama, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?”
Sang ulama menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari, dan mengajarkannya Alquran karena Engkau,” ujarnya.
Namun Allah berfirman, “Kamu berdusta. Kau mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim dan kau membaca Alquran agar kamu disebut sebagai seorang qari,” Allah mengadili.
Sang alim ulama pun menyusul si mujahid, masuk ke neraka yang apinya menjilat-jilat.
Orang ketiga pun dipanggil. Kali ini ia merupakan seorang yang sangat dermawan. Sang dermawan dianugerahi Allah harta yang melimpah. Allah pun menanyakan tangung jawabnya atas nikmat itu.