Banda Aceh — Dewan Dakwah Aceh (DDA) melalui bidang pembinaan muallaf saat ini melakukan pembinaan kepada satu keluarga muallaf asal Simalungun, Sumatera Utara di Kompleks Markas DDA Gampong Rumpet, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, mulai 21-30 Juni 2020.
Sebelumnya, pada Senin (15/6), satu keluarga terdiri pasangan suami istri (Junedi Damanik dan Juliana Sipayung) beserta tiga anak itu (Delfani Damanik, Gedion Damanik dan Gebrel Damanik), masuk Islam di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan diislamkan oleh Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Tgk H Ridwan Johan.
“Proses pembinaan dan penguatan aqidah serta ibadah itu akan berlangsung selama 10 hari mulai pukul 13.00 s/d 16.30 WIB. Adapun materi yang diajarkan diantaranya tentang aqidah, akhlak dan fiqih ibadah wudhuk. Selanjutnya materi salat beserta praktiknya dan juga membaca iqra’,” kata Kabid Pembinaan Mualaf Dewan Dakwah Aceh, Ustaz Ghazali M Adam, SAg. MA, Selasa (23/6).
Ghazali menjelaskan, kegiatan itu dibimbing langsung oleh pengurus Dewan Dakwah Aceh, diantaranya Ketua Umum DDA, Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCL MA, Direktur Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Dr. Muhammad AR MEd, Muhammad Muslim MA, Ghazali M Adam MA, dan para ustaz lainnya serta para mahasiswa ADI Dewan Dakwah Aceh.
Ia menambahkan, Junedi Damanik sebagai kepala keluarga merasa sangat senang telah menjadi muslim dan bisa belajar agama di markaz Dewan Dakwah Aceh serta juga dengan sambutan masyarakat Aceh.
Saat ini Junedi Damanik dan keluarganya tinggal bersama Suparman Daud, salah seorang pengusaha Aceh yang merupakan fasilitator pensyahadatan mareka dan yang mengantar mereka setiap harinya ke Markaz Dewan Dakwah.
“Selanjutnya kita juga akan melakukan koordinasi dengan Dewan Dakwah Sumut dan lembaga terkait lainnya untuk pembinaan lebih lanjut ketika mareka kembali ke daerahnya,” terang Ghazali.
Sementara Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh Dr Tgk Hasanuddin Yusuf Adan, MCL MA menjelaskan, pembinaan muallaf memiliki kedudukan sangat mulia dalam Islam dan pahalanya melebihi harta termahal yang dimiliki seseorang.
Pembinaan mualaf merupakan salah satu program prioritas Dewan Dakwah Aceh. Saat ini Dewan Dakwah Aceh juga telah mendirikan Akademi Dakwah Indonesia dan merekrut mahasiswa dari berbagai daerah perbatasan Aceh yang sangat rawan pendangkalan aqidah. Mareka dibina secara intensif selama satu tahun di Markaz Dewan Dakwah Aceh.
Kemudian melanjutkan pendidikan S-1 ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwa (STID) Mohd Natsir di Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikannya mereka dikirim ke kampung halamannya di daerah perbatasan dan pedalaman Aceh untuk melakukan pembinaan dan penguatan akidah masyarakat setempat.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN AR-Raniry ini menambahkan Dewan Dakwah Aceh juga kerap melakukan pembinaan muallaf yang bekerja sama dengan Baitul Mal Aceh dan Forum Dakwah Perbatasan. Harapannya program pembinaan seperti dapat terus berjalan, mengingat tantangan ke depan semakin kompleks.
“Dewan Dakwah siap bekerja sama dengan pemerintah, lembaga maupun perorangan untuk pembinaan muallaf khususnya dan pembinaan umat secara umum. Jika ada mualaf membutuhkan pembinaan kami siap bekerja sama,” pungkas Hasanuddin Yusuf Adan. (IA)