Dua Karakter Utama Muslim: Taqwa dan Kepedulian Sosial
-
Rasulullah saw. bersabda: “Kedudukan salat dalam agama seperti kepala pada tubuh.” (HR. Thabrani)
-
“Dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
-
“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya salat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)
-
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14)
“Dalil-dalil itu menunjukkan bahwa salat merupakan ibadah esensial yang harus menjadi rutinitas utama setiap Muslim dalam kondisi apa pun. Salat adalah perekat hati kepada Allah, pelindung dari keburukan, sarana memohon pertolongan, penyejuk jiwa, sekaligus bukti nyata ketakwaan kepada-Nya. Karena itu, dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan jangan menunda-nunda. Salatlah sebelum engkau disalatkan,” urainya.
Selanjutnya, Tgk. Akmal menjelaskan bahwa berkurban merupakan wujud kepedulian sosial. Rasulullah saw. bersabda: “Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian.” (HR. At-Tirmidzi).
Ia mengatakan, ibadah kurban memang terikat secara syar’i pada waktu dan jenis hewan tertentu. Namun secara esensial, kurban adalah simbol pendekatan diri kepada Allah sekaligus bentuk kasih sayang terhadap sesama manusia. Dalam konteks kekinian, semangat berkurban harus ditanamkan dalam jiwa setiap individu sebagai ekspresi kepedulian sosial.
“Manusia sering kali lupa, bahkan kufur, atas nikmat Allah. Oleh karena itu, berbagi kepada sesama melalui ibadah kurban adalah bentuk konkret rasa syukur atas nikmat yang telah Allah karuniakan,” tegasnya.
Pengorbanan ini menjadi energi positif yang mendorong lahirnya ketakwaan sejati. Allah menegaskan dalam QS. Al-Hajj ayat 37:
“Daging dan darah (hewan kurban) itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian.”
Menurut Tgk. Akmal, di tengah krisis ekonomi dan berbagai kesulitan hidup, ketika lapangan kerja menyempit dan kesejahteraan menurun, semangat berbagi menjadi sangat relevan. Bahkan para pengusaha dan orang-orang berada pun turut merasakan dampaknya. Inilah saat yang tepat untuk menguatkan solidaritas sosial, menggerakkan empati, dan membantu sesama agar kondisi ini segera berakhir, digantikan oleh senyum dan ketenangan hidup.
“Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap bentuk pemberian dan donasi kita kepada orang lain. Semuanya tercatat sebagai amal kebaikan yang akan dibalas, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, marilah kita menunaikan salat dan berkurban karena Allah, sembari meniatkan setiap amal itu sebagai jalan membantu sesama menjelang Iduladha yang mulia,” pungkas Komisioner KIP Aceh periode 2008–2013 dan 2018–2023.
(Sayed M. Husen)