Isra’ Mikraj dan Banyaknya Muslim Meninggalkan Shalat
Shalat yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW selama Mi’raj adalah hadiah istimewa dari Allah SWT, yang diberikan langsung kepada Nabi, jauh dari jangkauan logika manusia biasa.
Ini mengajarkan kita bahwa dalam agama, tidak semuanya harus dapat diterima oleh akal semata. Ada kalanya kita harus menerima perintah Allah dengan penuh keyakinan, meskipun tidak selalu bisa dijelaskan dengan logika manusia.
Bagi mereka yang telah terbiasa melaksanakan shalat dengan penuh khusyuk, shalat bukanlah sekadar kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan spiritual yang memberikan ketenangan dan kedamaian batin.
Shalat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus sebagai pengingat bahwa segala kesibukan duniawi tidak boleh menghalangi kita untuk selalu mengingat-Nya.
Karena itu, meski dalam kesibukan apapun, seorang muslim yang telah merasakan nikmatnya salat, akan selalu menjadikan salat sebagai prioritas utama dalam hidupnya.
Karena itu, peringatan Isra dan Mikraj menjadi momen tepat untuk bermuhasabah dan mengevaluasi kualitas shalat kita. Mengapa kita masih sering mengabaikan kewajiban yang begitu besar ini?
Apa alasan di balik kelalaian itu? Ini adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap individu dengan jujur dan penuh kesadaran. Kewajiban salat adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan meninggalkannya berarti kita telah gagal dalam menjalankan perintah-Nya.
Momentum ini juga menjadi pengingat memperbaiki bacaan-bacaan doa dalam salat.
Banyak dari kita yang menghafal doa salat sejak kecil, namun saat dewasa jarang memeriksanya kembali untuk memastikan bacaannya benar.
Penting bagi kita untuk menyempurnakan kekurangan dalam ibadah agar kualitas shalat semakin meningkat. Semoga kita dapat mengambil hikmah besar dari peristiwa ini.
Menjaga Persatuan
Selain itu, peristiwa Isra Mikraj juga menyimpan pesan penting lainnya, yaitu isyarat untuk menjaga dan merawat persatuan di antara sesama umat Islam. Hal ini tergambar jelas dalam hubungan erat antara Masjid Al-Aqsha, yang merupakan kiblat pertama umat Islam, dan Masjidil Haram yang menjadi kiblat umat Islam setelah turunnya ayat 144 dalam Surat Al-Baqarah.