Infoaceh.net, Aceh Besar — Salah satu adab dalam bermedia sosial yang sangat penting untuk kita terapkan adalah memahami hakikat akhlak, yaitu menghormati dan menghargai orang lain.
Sebelum membagikan informasi, kita harus memeriksa ulang kebenarannya.
Dengan demikian, kita telah mengedepankan kesadaran untuk menjaga adab dalam berkomunikasi di dunia maya, sebagaimana kita menjaga adab dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu disampaikan Kepala Seksi Bina Haji dan Advokasi Haji Reguler Kanwil Kemenag Aceh Juhaimi Bakri SAg MPd dalam khutbah Jum’at di Masjid Tuha Indrapuri, 20 Desember 2024 bertepatan 18 Jumadil Akhir 1446 Hijriah.
“Islam menuntut kita tidak hanya menjaga lisan secara langsung, tetapi juga menjaga apa yang kita sampaikan melalui tulisan di media sosial,” ungkapnya.
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Aceh Besar ini menjelaskan, di samping menjaga lisan, kita juga harus lebih bijak memanfaatkan media sosial sebagai sarana menyebarkan dakwah dan kebaikan.
“Jadikan media sosial sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan yang bermanfaat bagi umat, membawa maslahat, dan menguatkan keimanan. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga diri kita dari keburukan, tetapi juga aktif menciptakan kebaikan yang berdampak positif bagi banyak orang,” urainya.
Allah berfirman dalam surat Al Hujarat 11, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Menurut Juhaimi, salah satu wujud ketakwaan adalah menjaga lisan, terutama di era digital saat ini, di mana kata-kata dan informasi dapat dengan mudah tersebar melalui media sosial.
“Menjaga lisan bukan sekadar menjaga ucapan kita secara lisan, tetapi juga termasuk dalam hal apa yang kita tulis dan bagikan akan terekam di jejak digital,” ujarnya.
Jahaimi menyampaikan, banyak faktor yang dapat mendorong kita untuk tergelincir dalam perbuatan yang mudharat dalam menjaga lisan, baik itu karena pengaruh lingkungan keluarga, pertemanan, maupun tekanan sosial.
“Jadi kita harus senantiasa berhati-hati dalam menyikapi segala sesuatu, mengingat besarnya dampak dari setiap perkataan yang kita lontarkan, baik di dunia nyata maupun dunia maya,” katanya.
Allah juga memperingatkan kepada kita bahwa setiap ucapan kita akan dicatat oleh malaikat. Hal ini tertuang dalam surah Qaaf ayat 18 yang artinya, Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
“Perlu diingat setiap kata yang keluar dari mulut kita atau yang kita ketik melalui media sosial, semuanya akan diminta pertanggung jawaban kelak di hadapan Allah kelak,” tegas Juhaimi (Sayed M. Husen)