Jangan Asal Tuduh, Ini Kata Al-Qur’an tentang Penuduh Zina tanpa Bukti
Sebab Turunnya Ayat Tentang Menuduh Orang Berzina
Larangan menuduh zina tanpa bukti, sebagaimana termaktub dalam Surah An-Nur ayat 4-5, bukanlah sekadar aturan hukum, melainkan memiliki latar belakang yang mendalam dan penuh hikmah. Ayat-ayat ini turun dalam konteks peristiwa besar yang mengguncang rumah tangga Rasulullah SAW, yang dikenal sebagai Haditsul Ifki (berita bohong). Peristiwa ini tidak hanya menguji keteguhan hati Nabi Muhammad SAW dan Sayyidah Aisyah RA, tetapi juga menjadi pelajaran abadi tentang bahaya fitnah dan pentingnya menjaga kehormatan.
Peristiwa ini bermula ketika Sayyidah Aisyah, istri Rasulullah SAW, tertinggal dari rombongan saat perjalanan pulang dari sebuah ekspedisi militer. Karena suatu kejadian, ia terpisah dari kafilah dan baru kembali ke Madinah bersama seorang sahabat, Safwan bin Mu’attal. Kejadian ini memicu fitnah dari sekelompok orang, termasuk sebagian dari kalangan Muslim, yang menuduh Sayyidah Aisyah telah melakukan perbuatan zina. Tuduhan ini menyebar luas di tengah masyarakat, meskipun tidak didukung oleh bukti apa pun. Imam Thabari, dalam tafsirnya, menguraikan:
وذكر أن هذه الآيةِ إنما نزلت في الذين رموا عائشة زوج النبيّ صلى الله عليه وسلم بما رموها به من الإفك
Artinya: “Disebutkan bahwa ayat ini sesungguhnya turun berkenaan dengan orang-orang yang menuduh Aisyah, istri Nabi SAW, atas tuduhan bohong (ifk) yang mereka lontarkan kepadanya.” (At-Thabari, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wilil Qur’an, [Kairo: Dar Hijr, 2001] jilid XVII, halaman 161).
Konsekuensi Hukum Menuduh Orang Lain Berzina
Dalam syari’at Islam, tuduhan seperti ini disebut qadzf, yaitu menuduh seseorang berzina tanpa menghadirkan empat saksi yang sah. Tuduhan semacam ini tidak dianggap sebagai kekeliruan biasa, melainkan sebagai dosa besar yang berdampak hukum di dunia dan akhirat. Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan:
بعد التنفير من نكاح الزانيات وإنكاح الزناة، نهى الله تعالى عن القذف وهو الرمي بالزنى، وذكر حده في الدنيا وهو الجلد ثمانين، وعقوبته في الآخرة وهو العذاب المؤلم ما لم يتب القاذف
Artinya: “Setelah memperingatkan tentang larangan menikahi pezina, Allah SWT melarang perbuatan qadzf (menuduh zina), dan menyebutkan hukuman di dunia berupa dera 80 kali cambukan, serta azab yang pedih di akhirat, jika si penuduh tidak bertobat.” (Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 1991] jilid XVIII, halaman 181).