Khutbah Jum’at: Syukuri Kemerdekaan dengan Tidak Melupakan Allah
BANDA ACEH – Sungguh bapak bangsa Indonesia menyadari, bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, karena itu sebagai anak bangsa kita harus mensyukuri kemerdekaan dengan cara tidak melupakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bila bangsa ini semakin dekat dengan Allah sebagai bentuk syukur, maka Allah akan bebaskan manusia dari segala bentuk penjajahan.
Ketua Bidang Dakwah dan Pelatihan Dewan Dakwah Aceh Besar Ustaz Marfiandi Syukri menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jum’at di Masjid Al lkhlas le Alang Kecamatan Kuta Cot Glie, tanggal 18 Agustus 2023 bertepatan 1 Safar 1445 Hijriah.
Dalam konteks sekarang, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan delapan bentuk penjajahan yang harus kita lepaskan, sebagaimana diajarkan dalam sebuah doa yang dianjurkan untuk dibaca pagi dan petang: “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari hati yang susah dan sedih, dari sifat lemah dan malas, dari sifat takut dan bakhil dan dari lilitan utang dan ancaman orang.”
Pengajar pada Pesantren Muamalat Solidarity Boarding School (MSBS) ini mengungkapkan, umat Islam Indonesia harus melanjutkan kemerdekaan dengan cara semakin dekat dengan Allah karena kemerdekaan adalah Rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa.
Kemudian, membebaskan diri dari delapan penjajahan yang disebutkan oleh Rasulullah yaitu merdeka dari hati yang susah dan sedih, dari sifat lemah dan malas, dari sifat takut dan bakhil dan dari lilitan utang dan ancaman orang.
Selanjutnya Ustaz Marfiandi menguraikan kisah dalam Alquran Allah tentang seorang tokoh kemerdekaan yang berhasil membebaskan penjajahan dari sebuah bangsa.
Kisah itu diabadikan dalam surah Al Kahfi ayat 94-98, yaitu kisah Zulkarnain. Zulkarnain adalah tokoh kemerdekaan bagi sebuah bangsa dan berhasil mengusir penjajah di zaman dulu. Penjajah yang diabadikan dalam Alquran yaitu Ya’juj dan Ma’juj.
Ketika Zulkarnain datang ke satu tempat di balik dua buah gunung, kemudian masyarakat di tempat tersebut meminta kepada Zulkarnain. “Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj menjajah kita, maukah engkau kami beri harta dan sumber daya alam kami, asal engkau memerdekakan kami dari penjajahan Ya’juj dan Ma’juj.”
Zulkarnain menjawab, “Apa yang Allah berikan itu lebih baik dari yang kalian tawarkan. Aku akan tetap membantu kalian, tapi tugas kemerdekaan bukan tugas satu pihak, tapi tugas bersama.”
Kemudian Zulkarnain memerintahkan masyarakat tersebut membuat kerangka besi yang akan diletakkan di antara dua gunung, karena di antara dua gunung tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Ustaz Marfiandi melanjutkan, maka dibuatlah kerangka atau benteng dari besi setinggi gunung dan kemudian dituangkan dengan tembaga panas.
Ketika pekerjaan mereka selesai, maka datang Ya’juj dan Ma’juj untuk melewati jalan tersebut dan mereka kaget, karena biasanya tidak ada rintangan di jalan itu, mereka tidak bisa menaikinya, karena tinggi dan licin. Juga tidak bisa melobanginya, karena terbuat dari besi yang dilapisi tembaga. Terbebaslah masyarakat tersebut dari penjajahan.
Apa reaksi masyarakat yang terbebas dari penjajahan Ya’juj dan Ma’juj kala itu? Mereka membangga-banggakan Zulkarnain dan menghormati Zulkarnain.
Demikian reaksi masyarakat terhadap Zulkarnain yang berhasil membebaskan masyarakat dari penjajahan, sementara reaksi Zulkarnain yang Allah abadikan dalam surah Al Kahfi, “Ini adalah Rahmat dari Tuhanku.”
Menurut Pengurus Masjid Besar Al Jihad Montasik ini, sungguh jawaban luar biasa yang diabadikan di dalam Alquran. Kalimat ini kembali terulang pada pendahulu kita ketika berhasil memerdekakan bangsa Indonesia, “Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa”.
Karena itu, umat Islam harus menyadari, bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
“Kita harus mensyukuri kemerdekaan dengan cara tidak melupakan Allah. Bila bangsa ini semakin dekat dengan Allah sebagai bentuk syukur, maka Allah akan bebaskan kita dari segala bentuk penjajahan,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)