Kualitas Iman Ditentukan dengan Kecintaan Kepada Rasulullah
“Inilah makna mencintai Rasulullah saw sesuai dengan syariat Islam,” tegasnya.
“Tabiat orang yang mencintai seseorang adalah mengikuti orang yang dicintai, patuh kepada perintah dan larangannya, memujinya, menyebut-nyebut namanya, membelanya, mencintai apa yang ia cintai, dan membenci apa yang ia benci,” tambahnya.
Ustaz Yusran Hadi menjelaskan, seseorang yang mencintai Rasulullah berarti dia mengikuti Rasulullah, patuh kepada perintah dan larangnya, mengamalkan sunnahnya, membela sunnahnya, membela syariatnya, mencintai apa yang ia cintai dan membenci apa yang ia benci.
Bila tidak, berarti ia tidak mencintai Rasul. Ucapannya hanya klaim semata tanpa bukti, bahkan kedustaan yang nyata.
Doktor Fikih dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM), mengutip kitab yang ditulis seorang ulama besar dari Andalusia Asy-Syifaa Bi Ta’riifi Huquuqil Mushthafaa”, bahwa Al-Qdhi Iyadh rahimahullah (wafat 544 H), menyebutkan tanda-tanda orang yang mencintai Rasulullah, antara lain, pertama, mengikuti sunnah Rasulullah, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan. Dia akan mengerjakan seluruh perintah Rasulullah saw, menjauhi larangannya dan berperilaku seperti beliau dalam keadaan suka dan duka.
“Kedua, lebih memprioritaskan ajaran syariat Rasulullah, sehingga rela untuk mengeyampingkan dorongan syahwatnya dan ketiga, membenci manusia karena Allah, bukan berdasarkan dendam pribadi,” ujarnya.
Dengan demikian, tegas Ustaz Yusran Hadi, mencintai Rasulullah berarti mengikuti petunjuknya, mentaati perintah dan larangannya, mengamalkan sunnahnya pada setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar seremonial tahunan, serta bershalawat kepadanya sesuai yang tuntunannya.
“Mencinti Nabi dengan cara menjadikannya sebagai idola dan panutan, mencintai para sahabatnya, mencintai apa yang ia cintai, dan membenci apa yang ia benci,” pungkasnya. (IA)