Infoacehnet

Portal Berita dan Informasi Aceh

Syarat Ibadah Diterima Allah, Harus Ikhlas dan Benar!

Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Besar Ustadz Afrizal Sofyan SPdI MAg

Aceh Besar — Semua hamba yang beribadah berharap, seluruh ibadahnya itu diterima oleh Allah sebagai amal shaleh, sehingga memberikan dampak positif dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Peribadatan seorang hamba yang muslim akan diterima oleh Allah sebagai amal shaleh apabila dilakukan dengan ikhlas dan benar sesuai tuntunan dari Rasulullah.

Hal itu akan disampai Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Besar Ustadz Afrizal Sofyan SPdI MAg dalam khutbah Jum’at di Masjid Besar Abu Indrapuri, Aceh Besar, Jum’at, 2 Desember 2022/7 Jumadil Awal 1444 Hijriah.

Dia mengutip pendapat Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir yang memberikan ukuran ibadah yang benar yaitu, “Dan ini adalah dua rukun amalan yang diterima, yaitu harus ikhlas karena Allah dan harus sesuai dengan syariat Rasulullah”.

Ungkapan senada, katanya, disampaikan oleh Al Fudhail bin ‘Iyad rahimahullah sebagaimana dikutip dalam kitab Majmu’ Fatawa, “Amalan shaleh adalah amalan yang paling ikhlas dan paling benar.”

Ada yang bertanya, “Wahai Abu Ali apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar?” Al-Fudhail menjawab, “Jika amalan itu ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima. Jika benar, namun tidak ikhlas maka juga tidak diterima. Amalan yang diterima adalah yang menggabungkan antara ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal karena Allah dan benar adalah sesuai sunnah”.

Dalam hal ini, Ibnu Qayyim Al Jauzi dalam kitabnya Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ menyimpulkan, mmal saleh itu adalah amal perbuatan yang terlepas dari riya dan yang terikat dengan sunnah.

Dari pendapat ulama tersebut, Afrizal Sofyan menyimpulkan, bahwa ibadah seseorang akan diterima oleh Allah dan menjadi amal shaleh apabila, pertama, pelaksanaan ibadah harus dilandasi dengan iman kepada Allah.

Artinya, seseorang yang melaksanakan ibadah harus yakin bahwa itu merupakan perintah dari Allah.

“Jika tidak dinyatakan secara tegas bahwa ibadah tersebut termasuk perintah atau anjuran Allah, tetap harus berlandaskan apakah ibadah itu merupakan perintah atau anjuran Nabi Muhammad. Dengan demikian, umat muslim yakin bahwa ibadah tersebut sesuai dengan syariat, serta yakin akan diterima dan mendapat balasan berupa pahala dari Allah,” tambahnya.

Kedua, urai Afrizal Sofyan, ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ilmu. Artinya, seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa ibadah yang dilakukan benar-benar sesuai dengan syariat atau ajaran Islam dan merupakan tuntunan Nabi Muhammad.

Oleh sebab itu, iman dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Sementara yang ketiga, kata pengajar Pesantren Oemar Diyan Indrapuri ini, ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas.

Apapun bentuk ibadah dan amalan yang dilakukan umat muslim, harus berlandaskan rasa ikhlas semata-mata karena Allah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sifat riya yang dapat merusak amal ibadah seseorang.

“Mari kita berdoa sebagaimana doanya khalifah Umar bin Khattab yang dikutip oleh Imam Ibnu Qayyim Aljauzi dalam kitabnya Al Jawab Al Kafi, Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal shaleh dan jadikanlah amalanku hanya murni untuk wajah-Mu dan janganlah jadikan dalam amalku sedikitpun untuk seorang makhluk,” imbau Afrizal Sofyan di penghujung khutbah. (IA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Exit mobile version