Teruslah Memberi Peringatan kepada Pelaku Maksiat
ACEH BESAR — Pengajar di Pesantren Muamalat Solidarity Boarding School (MSBS) Jantho, Ustadz Marfiandi Syukri memulai khutbah Jum’at di Masjid Baital Maqdis, Gampong Seuot, Indrapuri, 12 Rajab 1444 H/3 Februari 2023 dengan hadits Rasulullah berikut
Dari Nu’man bin Basyir Ra, Rasulullah bersabda: perumpamaan orang yang melaksanakan perintah Allah dengan orang yang melanggarnya adalah seperti satu kaum yang berbagi tempat di sebuah kapal. Sebagian orang mendapatkan tempat di atas dan sebagian lagi mendapat tempat di bawah (lambung kapal).
Orang-orang yang berada di bawah jika ingin mengambil air mereka harus melewati orang yang berada di atas. Kemudian mereka berkata: sebaiknya kita lubangi saja lambung kapal (untuk mengambil air), agar tidak menggangu orang di atas.
Jika dibiarkan apa yang mereka inginkan semua akan binasa dan jika mereka mencegahnya, orang yang melubangi kapal akan selamat dan orang yang mencegahnya akan selamat semua. (HR. Bukhari).
Menurut Ustadz Marfiandi, dalam kenyataan hidup tidak akan ada, bahkan mustahil akan ada orang berbuat sebodoh yang disebutkan oleh Rasulullah. Sebodoh-bodohnya orang, tidak mungkin melubangi kapal yang dinaikinya sendiri, kecuali orang yang betul-betul tidak waras. Namun ini adalah perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah terhadap manusia yang menjalani kehidupan.
Sebenarnya perumpamaan ini lebih besar bahayanya dari sekedar orang yang naik kapal. Bila kapal dirusak bahayanya hanya di dunia, tapi bila aturan Allah yang dilanggar kapalnya bocor, bocornya bukan ke laut, tapi ke neraka.
Ketua Bidang Dakwah dan Pelatihan Dewan Dakwah Aceh Besar ini mengatakan, sudah banyak argumen yang menjelaskan tentang perkara ini, namun semua itu membuat pelaku maksiat merasa gerah, bahkan marah disertai berbagai argumen yang tidak masuk akal mereka membalasnya.
Dengan dalih kebebasan, hak pribadi, jangan urusi urusan orang lain, jangan sok suci, dan lain sebagainya.
“Untuk itu, walaupun mereka tidak senang, kita harus tetap memberi peringatan, mengajak akal mereka berpikir, memberikan hujjah, dalil, dan nasihat,” ujarnya.
Mungkin apa yang kita lakukan tidak mendatangkan hasil, paling kurang kita sudah menunaikan kewajiban untuk saling mengingatkan, yang akan kita jadikan alasan di hadapan Allah kelak. Setidaknya kita sudah mengingkari dan tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan.
Dalam hal ini Allah berfirman, “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara mereka berkata: mengapa kamu harus menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka dengan azab yang keras? Mereka menjawab: agar kami mempunyai alasan kepada Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa. (QS Al a’raf: 164)
Demikian pula Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Aisyah: akan ada sepasukan tentara yang menyerang Ka’bah. Ketika mereka berada di padang terbuka, mereka ditenggelamkan dari awal sampai akhir. Aisyah bertanya: wahai Rasulullah bagaimana ditenggelamkan dari awal sampai akhir sedangkan di antara mereka ada yang sibuk di pasar dan ada yang bukan kelompok mereka?
Rasulullah menjawab, ditenggelamkan dari awal sampai akhir mereka, kemudian mereka dibangkitkan berdasarkan niat mereka masing-masing. (HR Bukhari)
Ustadz Marfiandi menjelaskan, dari hadits ini bisa kita pahami, sekalipun orang baik ikut terkena bencana di dunia ini bersama orang jahat, tapi di akhirat nanti mereka dipisahkan sesuai niat yang ada dalam hati masing-masing.
“Oleh sebab itu, kita tidak boleh diam terhadap kemungkaran yang nyata di hadapan mata, sekalipun para durjana kegerahan atas semua itu. Teruslah memberi peringatan, sesungguhnya peringatan itu sangat bermanfaat bagi orang beriman,” pungkas pungkas alumni Pesantren Al-Fauzul Kabir Jantho ini. (IA/SMH)