Umat Islam Harus Jaga Persatuan dan Semangat Hijrah
Aceh Besar, Infoaceh.net — Umat Islam harus merawat persatuan dan memperbarui semangat hijrah untuk mencapai kemajuan dan tujuan kemuliaan umat di tengah semakin menguatnya tantangan dan konflik yang dihadapi di era kebangkitan kembali umat Islam.
Akademisi UIN Ar-Raniry Saifuddin A. Rasyid menyampaikan hal itu dalam Khutbah Jum’at di Masjid Nurul Huda Limpok Darussalam, Aceh Besar, 27 Juni 2025 bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah.
“Umat Islam jangan mudah goyah dan terpengaruh dengan anasir-anasir yang melemahkan persatuan dan jangan mudah terprovokasi melakukan hal-hal yang merugikan karena dorongan nafsu. Di tengah suasana kritis sekalipun umat Islam mesti bijak dan cerdas mengambil sikap dengan mengedepankan kepentingan Islam dan muslimin,” ungkapnya.
Menurut Saifuddin, umat Islam sedang menyaksikan betapa dunia Islam sedang memanas terlibat dalam ketegangan politik dan konflik bersenjata yang dipicu oleh kepongahan zionis Israel yang mengkhawatirkan masa depan generasi umat manusia.
Jadi kita perlu mewaspadai dan menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan dengan tetap bertumpu pada Islam dan kekuatan kaum muslimin.
Pada sisi lain pada saat ini umat Islam juga masih dalam prosesi perjalanan haji.
“Ya perjalanan haji yang mengedepankan persatuan dan sikap saling menghargai sebagai umat Islam yang penuh toleran terhadap perbedaan sesama saudara seiman. Kita sedang menanti kepulangan para tamu Allah itu dari tanah suci. Kiranya Allah limpahkan nikmat mabrur untuk semua para haji dan hajjah itu,” harapnya.
Pada saat yang sama umat Islam memasuki tahun baru Islam 1447 hijriyah.
Menurut Imum Chik Masjid Jamik Baitul Jannah Kemukiman Tungkop, Kecamatan Darussalam itu, momentum ini mendorong kita untuk menggarisbawahi dua hal, pertama, inspirasi semangat hijrah yang dulu, empat belas abad lalu, dijalankan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat.
Betapa spirit hijrah itu penting kita serap saat ini dalam menjalani kehidupan umat yang penuh tantangan. Pikirkan terus untuk berjalan atas semangat hijrah untuk mencapai keadaan dan kualitas yang lebih baik dalam tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Momentum kedua, lanjut Saifuddin, saat ini umat Islam baru saja melewati batas 46 tahun perjalanan abad kebangkitan kembali umat Islam, yaitu abad ke-15 hijriah yang dicanangkan oleh para pemimpin dunia Islam pada saat umat Islam menginjakkan kaki di abad kelima belas hijriyah yaitu pada tahun 1400 hijriah silam.
“Semua umat Islam, semua negara muslim setuju dan memproklamasikan abad ke-15 hijriyah sebagai abad kebangkitan kembali umat Islam,” tegasnya.
Saifuddin menganjurkan, saatnya sekarang umat Islam perlu menyadari, hampir setengah abad perjalanan kebangkitan ini kita masih merasakan jalan mendaki dengan banyaknya permasalahan umat.
Namun kita tidak perlu berputus asa. Inilah saatnya kita yakini sudah tiba. Setelah umat ini menimba pembelajaran pada separuh pertama abad kebangkitan maka kita akan mengalami masa pencerahan umat Islam sedunia dalam waktu dekat.
Kita sudah melihat kepongahan penjajah Israel dan hegemoni negara-negara pro Israel sudah runtuh dipermalukan dalam kekalahan yang memalukan setelah direaksi dan dibombardir oleh Iran.
“Semoga ini pertanda janji Allah bahwa hegemoni kekuatan anti Islam semakin melemah. Saatnya kita bangkit dengan cepat pada paruh kedua abad kebangkitan ini, abad ke-15 hijriah. Mari ambil bagian untuk tingkatkan persatuan umat,” pintanya.
Pada bagian lain khutbahnya, Saifuddin memaparkan cara merawat persatuan umat yang bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertama, menjunjung tinggi toleransi. Sebagai umat yang matang dalam kehidupan masyarakat majemuk kita perlu mampu menghargai perbedaan pandangan, keyakinan, dan kebiasaan budaya organisasi, komunitas maupun antar kelompok dalam beragama. Disamping itu, selalu proaktif berupaya menghindari sikap fanatik sempit dan prasangka buruk.
Kedua, mengutamakan musyawarah dan dialog. Berupaya menyelesaikan setiap perbedaan pendapat secara bijaksana melalui diskusi terbuka. Disamping mendorong adanya ruang komunikasi yang sehat dan santun untuk mempererat silaturahmi.
Ketiga, menolak provokasi dan fitnah. “Umat Islam tidak boleh mudah terpancing oleh isu-isu yang memecah belah, baik di dunia nyata maupun media sosial. Cerdas dalam berinformasi dengan memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkan,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)