Banda Aceh — Ada beberapa malam istimewa dalam Islam yang memiliki keutamaan apabila melaksanakan ibadah. Malam-malam istimewa tersebut merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT untuk para hamba-Nya.
Beberapa malam istimewa tersebut seperti Lailatul Qadar, Nisfu Sya’ban, Idul Adha, Asyura, Isra Mi’raj dan malam Jum’at. Malam-malam ini merupakan malam istimewa yang seharusnya dihidupkan untuk meningkatkan amal ibadah.
Demikian disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Al Aziyah Kota Sabang Dr Tgk Imran Abubakar MSy saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Aceh di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (31/3).
Namun Tgk Imran mengingatkan agar para muslim tidak mengkhususkan malam-malam istimewa tersebut saja untuk beribadah dan meninggalkan waktu-waktu yang lain.
“Misalnya seperti Salat Tahajud, kita khususkan salat tahajud hanya malam Jum’at saja sementara malam yang lain tidak mau melaksanakan ibadah tahajud, itu ada pendapat yang mengatakan masuk ke dalam salah satu bid’ah makruhah,” kata Tgk Imran yang juga mantan Ketua Rabithah Thaliban Aceh (RTA).
Mengapa hal tersebut masuk dalam kategori ibadah bid’ah makruhah? Tgk Imran menyebutkan pada hakikatnya pengertian salat Tahajud merupakan salat yang dilaksanakan setelah tidur di malam hari dan hal tersebut merupakan sunnah. Dalam definisi salat tahajud juga tidak menyebutkan adanya malam-malam tertentu untuk melaksanakan ibadah tersebut.
Lebih lanjut Tgk Imran mengatakan, ada pendapat ulama yang menyebutkan apabila mengerjakan ibadah secara berlebih-lebihan di malam-malam istimewa yang dapat masuk dalam bid’ah majmumah.
Tgk Imran mencontohkan bid’ah majmumah tersebut seperti melaksanakan salat malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 raka’at.
“Ini masuk bid’ah majmumah bukan makruhah, karena bid’ah itu ada beberapa macam, ada mustahabah, ada mubarkah, ada yang wajibah. Kemudian ada makruhah, ada yang majmumah. Tetapi ini ada yang terjadi perbedaan pendapat,” kata Tgk Imran yang juga Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Pidie ini.
Menurutnya ada beberapa cara dalam menghidupkan malam-malam yang istimewa tersebut selain mengerjakan salat sunnat, yaitu dengan melaksanakan zikir dan membaca Al-Qur’an.
Tgk Imran menyebutkan sudah sepantasnya umat muslim menghidupkan malam-malam yang istimewa tersebut. Selain hal-hal yang disebut di atas, dia juga menganjurkan agar memperbanyak takbir di malam hari raya, berpuasa di hari-hari istimewa, sementara di hari Jum’at memperbanyak bacaan salawat.
“Intinya adalah memang Allah SWT telah melebihkan waktu-waktu tertentu dan Allah SWT telah melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang melakukan amal ibadah pada waktu-waktu yang telah ditentukan,” katanya.
Mengapa Allah menganjurkan muslim meningkatkan amal ibadah di malam-malam istimewa tersebut? Menurut Tgk Imran, malam-malam istimewa tersebut merupakan waktu yang mustajab untuk berdo’a dan diijabah oleh Allah. Meskipun demikian, Tgk Imran mengatakan ada beberapa hal lain yang dapat menghambat amalan-amalan serta do’a yang disampaikan tersebut terhalang.
Menurutnya yang dapat menghalangi amalan di malam-malam istimewa tersebut seperti orang yang durhaka kepada orangtua dan musyrik. Dia menyebutkan Allah tidak mengijabah permintaan atau amal orang-orang seperti ini meskipun disampaikan pada waktu mustajab untuk berdoa.
“Meningkatkan amal ibadah pada waktu-waktu tertentu sangat positif sekali, tetapi jangan sampai menimbulkan sebuah anggapan melaksanakan amal ibadah pada waktu-waktu tertentu saja. Ini yang harus sering disampaikan,” ujar Tgk Imran lagi.
Dalam pengajian tersebut, ikut hadir Syekh Muhammad Yasin Attari Qadiri, pimpinan Dawate Islami di Brunei, Indonesia dan Malaysia yang berasal dari Pakistan. Syekh Muhammad merespon positif isi kajian yang disampaikan Tgk Imran, yang bersumber pada kitab Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya karangan Imam Al Ghazali atau Abu Hamid Muhammad bin Muhammad di-Ṭūsiyy al-Gazzaliy.
Dalam kesempatan itu, Syekh Muhammad juga ikut mengajak umat Muslim untuk menyambut kedatangan Ramadan.
“Ayo kita hormati dan berhadap ke (menyambut) tamu Allah,” ujar Syekh Muhammad. (IA)