2 Pesawat Tempur TNI AU Jatuh dan Terbakar di Pasuruan

Dua pesawat latih tempur TNI AU jatuh di kawasan pegunungan di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11) siang

SURABAYA — Dua pesawat latih tempur TNI AU jatuh di kawasan pegunungan di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11) siang.

Peristiwa tersebut telah dikonfirmasi Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.

“Betul. Ada dua (pesawat jatuh),” kata Fadjar kepada CNNINdonesia.com, Kamis (16/11).

Berdasarkan laporan jurnalis Transmedia yang berada di Pasuruan, Irsya Priyongko, satu pesawat jatuh di kawasan ladang warga di Kecamatan Puspo, dan satu lainnya di duga di wilayah Kecamatan Lumbang.

“Untuk pesawat yang jatuh di Desa Kedawung, Kecamatan Puspo itu mudah dievakuasi, karena lokasinya berada di kebun kentang,” demikian laporan langsung Irsya yang disiarkan CNNIndonesia TV.

Sementara untuk pesawat yang jatuh di Kecamatan Lumbang masih sedang didatangi regu evakuasi.

Jatuhnya dua pesawat TNI AU itu pun terekam video amatir warga dan viral di media sosial.

Satu video menunjukkan pesawat yang jatuh terbakar di tengah ladang, dan terlihat warga panik. Kemudian satu video lain menunjukkan potongan body pesawat yang memperlihatkan nomor ekor TT-3103 di tengah-tengah patahan batang pohon.

Pesawat TNI AU jatuh di ladang warga di wilayah Desa Keduwung, Kecamatan Pospo, Pasuruan, Jawa Timur pada Kamis (16/11).

Berdasarkan video yang diperoleh, pesawat itu mengeluarkan bunyi ledakan dan membuat warga sekitar sontak kaget dan menghindar dari lokasi.

“Ya Allah,” kata warga setelah mendengar bunyi ledakan dari pesawat yang jatuh.

Dari video lainnya, tampak kondisi pesawat masih terbakar dan mengeluarkan asap.

Dikonfirmasi terpisah pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) membenarkan ada pesawat jatuh di wilayahnya.

“Kalau Informasi dari rekan-rekan di lapangan memang ada pesawat jatuh di dekat desa Kedawung, Puspo, Kabupaten Pasuran,” kata Humas BB TNBTS, Kamis (16/11).

Namun, kata Hendra, pihaknya belum bisa memastikan salah satu pesawat yang jatuh itu mengalami kecelakaan di wilayah TNBTS atau bukan.

“Untuk jenis pesawat kita belum bisa memastikan. Masih belum bisa dipastikan masuk TNBTS atau Perhutani,” ucapnya.

TNI memastikan dua pesawat yang dilaporkan jatuh di wilayah Pasuruan, Jawa Timur jenis Super Tucano.

Kapendam Brawijaya Kolonel Inf Rendra Dwi Ardhani mengatakan pesawat tempur itu dilaporkan jatuh sekitar pukul 12.00 WIB.

“Telah jatuh pesawat latih jenis Tucano pada hari Kamis tanggal 16 November 2023 sekitar pukul 12.00 WIB, milik TNI AU Lanud Abd Saleh Malang di lokasi TNBTS Desa Keduwung Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan,” kata Rendra dalam keterangannya.

Rendra menyampaikan saat ini TNI masih melakukan penyelidikan terkait penyebab pesawat tempur TNI AU tersebut jatuh.

“Jumlah awak dan penyebab jatuhnya pesawat tersebut masih dalam investigasi,” ucap dia.

Dilansir dari situs tni-au.mil.id, pesawat tempur TNI AU jenis Tucano itu resmi diserahkan pada 17 September lalu di Pangkalan TNI AU Abdul Rahman Saleh Malang.

Penyerahan Pesawat tempur taktis Super Tucano buatan Brazil dengan tail nomor TT-3101, TT-3102, TT-3103 dan TT-3104 merupakan bagian pertama dan akan datang lagi sebanyak 4 buah dan seterusnya hingga mencapai 16 buah pesawat.

Pesawat tersebut merupakan pengganti Pesawat OV-10 Bronco Skadron Udara 21 Lanud Abd Saleh Malang. Pesawat yang dibeli TNI AU ini adalah tipe EMB-314/A-29B (kursi ganda) berkemampuan serang antigerilya (counter insurgency), pengendali udara depan (forward air control), dukungan udara dekat (close air support), penyekatan dan pertahanan udara yang berkecepatan rendah sehingga dapat melakukan identifikasi musuh dimedan perang.

Selain itu, Super Tucano mempunyai kemampuan tambahan sebagai pesawat latih dan fungsi pengawasan udara (air Surveillance).

Dalam tugas operasi, rencananya pesawat ini akan digunakan untuk mendukung operasi pengawal perbatasan darat dan perairan, melawan terorisme, mengawasi alur laut kepulauan, mengawasi penyelundupan di udara, darat dan perairan, mendukung operasi pasukan darat dan laut, operasi hanud secara terbatas (low speed interceptor) serta dukungan pengintaian dan serangan udara.

Kemudian, kemampuan terbang dari kecepatan rendah hingga kecepatan sedang mampu mendukung operasi pertahanan udara terhadap pesawat “black flight” berukuran kecil dan berkecepatan rendah (helicopter, pesawat profiler dan pesawat tanpa awak). (IA)

Tutup