Celana Robek Bupati Solok Hebohkan DPR, Netizen: Pantasnya ke Kafe, Bukan ke Senayan

Infoaceh.net – Bupati Solok, Jon Firman Pandu, mengundang kehebohan di jagat maya setelah terekam kamera mengenakan celana robek saat berkunjung ke Gedung DPR RI, Jakarta.

Dalam video pendek yang diunggah akun Facebook Zulhefi Zulhefi II, Jon Pandu terlihat santai mengenakan celana robek di bagian lutut, topi hitam, serta kaus gelap sambil menatap layar ponsel.

“Bupati Kab Solok Jon Pandu datang ke DPR RI mau bertemu Andre Rosiade, tapi dengan celana robek-robek. Pantas nggak sih?” tulis keterangan unggahan tersebut.

Meski tidak dijelaskan agenda resmi kedatangan Jon Pandu ke Senayan, diketahui ia merupakan kader Gerindra, sama seperti Andre Rosiade yang kini duduk sebagai anggota Komisi VI DPR dari Dapil Sumbar I, mencakup wilayah Kabupaten Solok.

Jon Pandu sebelumnya menjabat sebagai Wakil Bupati sejak 2021, sebelum akhirnya terpilih sebagai bupati pada Pilkada serentak 2024 lalu.

Penampilan Jon dengan celana robek langsung memicu komentar tajam dari netizen. Dari 2.300 penayangan dan puluhan respons, mayoritas menilai sikap Jon Pandu tidak mencerminkan etika sebagai pejabat daerah.

“Tambahin tato baru, biar pas sama kostum,” tulis akun Afrizal Bkt dengan nada sarkastik.

“Urang nomor satu di Kab. Solok, masuk gedung parlemen dengan pakaian anak gaul. Kurang etis dan tidak pantas,” sambung Emir El Jabir.

“Nio tampil trendy, tapi indak tepat moment-nya,” kritik akun Nesi Harmita.

Ada juga komentar bernada sindiran halus hingga menggelitik.

“Pinjam kain sarung dulu, Pak Epi!” celetuk akun Bee, disambut tawa netizen lain.

“Memalukan urang Minang, ndak baetika,” kata akun Vetri Ardi, menyesalkan sikap Jon yang dianggap tak mencerminkan nilai adat dan tata krama Minangkabau.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi dari pihak Jon Firman Pandu terkait penampilannya yang menuai perdebatan publik.

Fenomena ini menambah daftar panjang sorotan publik terhadap gaya hidup dan perilaku pejabat yang dinilai abai pada etika dan simbol kepantasan, terutama saat mewakili daerah di forum kenegaraan.