Hakekat “Muhammad adalah Allah” dalam Kitab Al Insan Al Kamil – Al-Jilli
BANDA ACEH — Guru Besar Ilmu Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Rubaidi MAg memberikan tanggapan terkait polemik tentang kajian Kitab Al Insan Al Kamil karangan ulama sufi dunia Syeikh Abdul Karim Al Jilli, yang menjadi perbincangan kalangan ulama dan umat Islam.
Menurut Prof Rubaidi dalam mengkaji dan memahami pemikiran tasawuf tidak harus dipertentangkan dengan syariat, sebab keduanya memiliki hubungan saling melengkapi. Hubungan syariat-tasawuf ibarat jasmani-rohani yang keduanya saling melengkapi.
“Mengkaji ilmu tasawuf tidak bisa terlepas dari syariat, bahkan keduanya saling mengikat dan menguatkan, jika salah satunya dipisah, maka akan pincang, kedua dimensi ini harus sama-sama berjalan atau dijalani oleh setiap muslim,” ujar Prof Rubaidi kepada wartawan, Rabu (28/6).
Prof. Rubaidi menyebut bahwa seorang muslim tidak boleh berhenti di syariat atau di tasawuf saja dalam memahami Islam.
Dalam Islam juga dikenal adanya tangga atau maqamat yakni, syariat, tarekat, hakekat, makrifat atau dengan istilah lainnya yakni Islam, Iman, Ihsan, atau muslim, mukmin dan muttaqin.
“Tangga-tangga atau maqamat ini harus dilalui, jika kita berhenti di satu tangga saja, maka kecenderungan akan menjadi orang paling taqwa, paling beribadah, paling suci, dan seterusnya, dalam pandangan tasawuf orang yang demikian ini berada dalam syirik ghofi yang tanpa disadarinya,’’ sebut Guru Besar Ilmu Tasawuf ini.
Prof Rubaidi juga mengatakan, kedua bidang kajian syariat dan tasawuf memiliki objek maupun metode yang berbeda dalam memahami pokok yang sama yakni Allah dalam hubungannya dengan manusia, karena objek dan metode yang berbeda, maka secara logis dan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.
Jika kita mampu memahami logika ini, maka antara satu dengan lainnya tidak akan saling menyalahkan, bahkan seharusnya antara satu dan lainnya saling melengkapi bahkan menyempurnakan.
Dalam pandangan Prof Rubaidi bahwa kita diumpamakan dihadapkan pada pertanyaan, apa hakekat manusia? dan bagaimana hakekat Allah? Allah punya sifat wujud, bagaimana wujud Allah?