LABUHAN HAJI— Mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang baru saja bebas datang secara khusus menemui Abuya Syekh Haji Amran Waly Al Khalidi, Pendiri sekaligus Pembina Majelis Pengkajian Tauhid-Tasawuf (MPTT) Asia Tenggara, sekaligus penggagas Rateb Seribee.
Pertemuan silaturahmi antara Irwandi Yusuf dengan Abuya Amran Waly berlangsung pada Jum’at malam (4/11/2022) di Pondok Pesantren/Dayah Darul Ihsan yang beralamat di Desa Pawoh, Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan.
Kedatangan pria yang akrab disapa Bang Wandi mengunjungi Abuya Amran Waly bakda Isya karena ia mengaku selalu teringat kepada Abuya. Selain itu juga, mengharapkan doa dan keberkahan dari Abuya.
Lalu Abuya Amran sempat bertanya program dan rencana Irwandi ke depan setelah bebas.
Irwandi menjawab, secara politik belum ada, karena sedang dicabut hak politiknya selama lima tahun
“Saya ingin mencari ketenangan hati dan pikiran, seiring waktu juga ingin terus berbuat untuk kebaikan masyarakat Aceh tentunya,” sebut Irwandi Yusuf pada pertemuan silaturahmi dengan Abuya Amran.
Abuya dan jamaah pun menyambut hangat kedatangan Irwandi dan rombongan yang tidak diduga-duga itu.
Abuya Amran juga mengatakan Irwandi saat menjabat Gubernur Aceh juga ikut berjasa besar dalam perjuangan dakwah MPTT-I yg telah memberikan izin dan meanggarkan dana muzakarah tauhid sufi tingkat internasional pada tahun 2018 di Banda Aceh.
Abuya Amran Waly juga turut membacakan makalah tentang ajaran kesufian di Bumi Aceh. Menurut Abuya, ilmu kesufian ini adalah didasarkan kepada Ihsan sebagai rukun agama yang ketiga, dimana ajaran ini untuk meningkatkan akhlak dan memperbagus iman serta melalukan ibadah dan juga mu’amalah yang baik sesuai syarat dan rukun serta melihat kepada taufiq dan ‘inayah Allah, dan juga untuk meningkatkan keimanan agar tidak ada kesyirikan dan kenifaqan di dalam bathin, serta berakhlak yang mulia.
“Ini semua merupakan ajaran Ihsan/kesufian yang kurang dihayati dan diamalkan, apalagi diajarkan oleh ulama-ulama dan ilmuwan-ilmuwan Islam yang ada di Aceh, dengan demikian Aceh tidak dapat hidup madani dan bersaing dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Negara Republik Indonesia, sebab amanah/kepercayaan baik dari pusat dan pimpinan Islam di dunia ini adalah bagi mereka yang mempunyai kategori akhlak yang bagus, ibadah dan mu’amalah yang baik serta keimanan yang kokoh, dan ini semua dapat kita peroleh dengan ajaran ihsan/kesufian,” terangnya.
Dari itu, Abuya mengimbau kepada ulama-ulama di Aceh dan pimpinan-pimpinan agama yang ada di Aceh untuk dapat mempelajari dan memahami hakikat dan ma’rifat yang berdasarkan kepada ajaran Ihsan untuk dapat memahami “Tuhan yang Maha Esa” dalam sila pertama anggaran dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena Aceh ini adalah satu daerah modal untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Negara Republik Indonesia.
“Kita tidak perlu menyebutkan jasa-jasa bahwa kita telah mengorbankan pesawat dari Aceh untuk mencapai kemerdekaan Negara Republik Indonesia sehingga dikatakan bahwa Aceh adalah daerah modal, dan untuk melakukan daulat Allah di bumi Aceh, bilamana ajaran Ihsan/Kesufian oleh kita belum dapat menerima dan melakukannya,” pungkas Abuya Amran Waly. (IA)