Juru Damai RI-GAM Martti Ahtisaari Meninggal Dunia
HELSINKI — Juru damai Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang juga mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari tutup usia, Senin (16/10).
Politikus yang menjabat kepala negara Finlandia pada 1994-2000 itu meninggal dalam usia 86 tahun.
Kabar kematian Ahtisaari dikonfirmasi oleh Kantor Kepresidenan Finlandia dalam sebuah pernyataan, hari ini.
Meninggalnya peraih penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2008 itu disampaikan Presiden Finlandia Sauli Niinistö.
“Dengan kesedihan mendalam kami mendapat berita meninggalnya Presiden Martti Ahtisaari,” kata Sauli Niinistö dalam keterangan yang dilansir Associated Press, Senin (16/10/2023).
“Beliau merupakan presiden pada waktu perubahan yang memandu Finlandia ke era global Uni Eropa,” sambung Sauli Niinistö.
Pada 2021, Ahtisaari sempat dinyatakan menderita Alzheimer.
Ahtisaari dikenal sebagai tokoh yang berhasil memediasi sejumlah konflik hingga akhirnya mencapai perdamaian.
Dia terlibat dalam perjanjian damai terkait pernarikan pasukan Serbia dari Kosovo pada akhir 1990, tahapan kemerdekaan Namibia pada 1980-an, dan perdamaian konflik di Irlandia Utara pada 1990-an.
Bagi warga Indonesia, peran Ahtisaari dikenal karena ikut memfasilitasi konflik antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka hingga akhirnya lahirnya perjanjian Helsinski pada 15 Agustus 2015.
Ahtisaari dipuji di seluruh dunia karena menjadi perantara perdamaian untuk konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah konflik di Kosovo dan Irlandia Utara.
Dia pun menolak klaim atau anggapan yang menyebutkan bahwa perang dan konflik itu tidak bisa dihindari. Menurut Ahtisaari, selalu ada jalan keluar untuk menyelesaikan pertikaian.
“Perdamaian adalah soal kemauan. Semua konflik bisa diselesaikan, dan tidak ada alasan untuk membiarkannya abadi,” kata Ahtisaari saat menerima penghargaan Nobel pada 2008.
Yang paling penting bagi bangsa Indonesia, Ahtisaari juga menjadi juru runding alias mediator dalam penyelesaian konflik antara RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Peran tersebut diembannya sejak 2004 hingga rampungnya perundingan kedua belah pihak yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Perdamaian RI-GAM di Helsinki pada 15 Agustus 2005.
Atas jasanya dalam membantu mewujudkan perdamaian di Aceh itu, Ahtisaari dianugerahi Bintang Republik Indonesia Utama oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2006.
Dia meninggalkan seorang istri, Eeva, dan satu putra, Marko yang berprofesi sebagai pengusaha teknologi. (IA)