Kebohongan Alhudri dan Pejabat Oportunis Maju-Mundur di Pilkada
“Di negeri kita, pemilihan umum, atau pemilihan kepala daerah merupakan pesta demokrasi. Namanya juga pesta, suasana hati harus tetap bahagia. Nol-kan kemarahan, nol-kan kebencian dan bangun kasih sayang dalam bentuk bagi-bagi rezeki kepada konstituen,” terang Fauzan, Selasa (3/9).
Ia memberikan penjelasan tentang Pilkada Aceh Tengah dan Alhudri, salah satu calon kepala daerah yang mundur dari kontestasi. Kata Fauzan, mundurnya Alhudri ini dipelintir oleh segelintir orang dengan menyebut Alhudri berbohong.
“Karena itulah kita perlu menjaga suasana hati. Karena saat marah, kita cenderung ceroboh dan kehilangan rasionalitas. Kami menilai tudingan terhadap Alhudri itu berlebihan. Dalam pesta, sekali lagi, seharusnya tidak ada amarah.
Banyak pemimpin partai politik pengusung Alhudri yang menanggapi peristiwa dalam sepekan ini dengan kemarahan. Mereka berujar kasar seolah-olah pengunduran Alhudri dari pilkada adalah kiamat,” ungkapnya.
Padahal para petinggi partai politik kudu menenangkan hati konstituen dan menghormati hak konstitusi kandidat. Termasuk saat dia memilih mundur. Lagi pula apa yang disampaikan tidak seperti kenyataan.
Fauzan menceritakan, beberapa hari sebelum pendaftaran calon kepala daerah di KIP Aceh Tengah, Alhudri menyatakan akan mundur. Pernyataan penting ini disampaikan langsung kepada pengurus partai pengusung.
Lantas tercapailah kesepakatan bahwa Alhudri menjalani proses sampai ke tahap pendaftaran. Setelah itu, semua pihak yang terlibat dalam pembicaraan memikirkan bersama calon pengganti Alhudri.
Alhudri sendiri mengambil keputusan mundur dengan mempertimbangkan kepentingan negara yang lebih besar. Sebagai wujud “ Hubbul wathan minal iman-cinta tanah air bagian dari iman.” Dan itu sudah didiskusikan dengan partai pengusung.
Semua syarat pendaftaran dan kewajiban Alhudri sebagai calon itu dia penuhi. Termasuk “tidak ada makan siang yang gratis”. Semua telah dituntaskan dan masing-masing pihak, entah itu Alhudri atau pengurus partai politik pengusung, telah ridha.