Khanduri Blang, Cara Masyarakat Lamteuba Mensyukuri Karunia Allah
Menurutnya, dalam sekali musim tanam padi, terdapat beberapa kali khanduri blang seperti khanduri rhah bijee, khanduri top blang, khanduri peusunteng pade, dan khanduri luah blang.
Kenduri peusunteng pade dilaksanakan sebagai bentuk syukur, berdoa agar diberikan rezeki hasil panen melimpah, membangun kebersamaan, pelaksanaan adat istiadat, dan menjalin silaturrahmi antarsesama petani.
“Khanduri peusunteng pade atau khanduri Teungku Lam Cot dilaksanakan pada saat padi telah bunting atau rhoh (berisi, dan siap dipanen),” kata Bahrun, disela-sela acara.
Bahrun mengatakan, berkat kerja sama dengan seluruh masyarakat kenduri kali ini sudah ada peningkatan, jika biasa hanya satu sampai dua kerbau maka kali ini menjadi tiga kerbau yang disembelih.
“Ini merupakan adat istiadat di Kemukiman Lamteuba. Melalui kegiatan ini kami meminta kepada Allah agar dijauhkan dari segala marabahaya serta dimudahkan rezeki dan hasil pertanian yang melimpah bagi masyarakat Kemukiman Lamteuba,” tambah Bahrun.
Hal serupa juga diutarakan Pawang Uteuen setempat, Murhaban. Tradisi ini menurutnya sudah dilakukan oleh orang–orang terdahulu, bukan hanya dilakukan saat ini saja. Melalui kegiatan itu pihaknya juga menyampaikan pesan agar selalu menjaga hutan supaya sumber daya air tetap terjaga.
“Terutama kenduri ini agar jauh dari malapetaka, begitu juga dengan air, kami meminta agar selalu turun hujan, agar hasil pertanian bagus,” kata Marhaban.
Sementara itu, Geuchik Blang Tingkeum, M Sulaiman menyampaikan kenduri ini terlaksana atas partisipasi masyarakat setempat dengan cara berpatungan untuk menggelar doa bersama meminta kepada Allah supaya jauh dari malapetaka, padi yang sedang buting dijauhkan dari hama, baik hama tikus, maupun yang lain lain.
“Masyarakat mendukung penuh dan antusias mengikuti kegiatan ini. Hal ini terlihat kalau tahun sebelumnya dua kerbau yang dipotong kali ini meningkat menjadi tiga,” kata M Sulaiman.[]
Sumber : AcehTrend